Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah memperkirakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor minyak dan gas pada tahun ini akan lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pengembalian biaya eksplorasi (
cost recovery) yang dibayarkan ke Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
"Kami punya bayangan di akhir tahun nanti
cost recovery akan lebih besar dibanding PNBP Migas," ujar Elan Biantoro, Kepala Hubungan Masyarakat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) di Jakarta, Selasa (1/12).
Elan mengatakan, realisasi PNBP Migas hingga akhir tahun diprediksi hanya akan sebesar US$ 12,25 miliar atau 81,72 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015. Sedangkan
cost recovery diperkirakan mencapai US$ 13,82 miliar, sedikit lebih kecil dibandingkan dengan pagunya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 yang sebesar US$ 14,09 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, rendahnya setoran PNBP oleh KKKS karena disebabkan oleh perkembangan harga minyak mentah dunia yang tak kunjung meningkat sepanjang 2015.
Pada Januari 2015, harga minyak mentah di pasar global dibuka pada level US$ 59,56 per barel, sebelum kemudian anjlok 29,48 persen menjadi US$ 42 per barel pada November lalu.
Dengan kata lain, PNBP Migas akan memiliki nilai US$ 1,57 miliar lebih kecil dibanding cost recovery yang dibayar pemerintah.
Pertama KaliMenurut Elan, selisih negatif antara PNBP migas dengan
cost recovery ini merupakan yang pertama kali sejak beberapa tahun terakhir. Pada tahun lalu, nilai PNBP Migas lebih besar US$ 10,37 miliar dibanding
cost recovery, meskipun angka itu lebih kecil dibandingkan dengan selisih tahun sebelumnya US$ 15,21 miliar.
"Dengan adanya hal itu, kami juga mengimbau KKKS untuk melakukan efisiensi biaya produksi. Dan itu juga memengaruhi pengembangan-pengembangan sumur yang ada. Tapi kami pastikan kalau pengembangan sumur yang ditunda hanya yang memiliki aspek ekonomis yang lebih kecil," ujarnya.
Berdasarkan Program Kerja dan Anggaran atau
Work Program and Budget (WP&B) yang disetujui SKK Migas pada tahun ini, terdapat 184 sumur-sumur migas yang akan dieksplorasi. Namun hingga 26 November 2015, baru 55 sumur yang sudah terealisasi, dan akan mencapai 65 sumur pada akhir tahun ini.
"Sebenarnya agak disayangkan juga mengingat target realisasi
lifting sebesar 802 ribu barel per hari (bph) hingga akhir tahun ini. Sayangnya, per Oktober saja baru mencapai 764,9 ribu bph," ujarnya.
Sebelumnya, SKK Migas menargetkan produksi minyak hingga akhir tahun sebesar 812 ribu bph. Artinya, realisasi
lifting minyak saat ini meleset 10 ribu bph.
Sementara realisasi
lifting minyak pada tahun lalu sebesar 789,64 ribu bph atau setara 96,53 persen dari target 818 ribu bph. Sedangkan dalam APBN 2016, pemerintah menetapkan target
lifting minyak sebesar 830 ribu bph, naik 5 ribu bph dibandingkan target dalam APBNP 2015 sebesar 825 ribu bph.
(ags/gen)