Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia diminta untuk memanfaatkan keikutsertaannya di organisasi pengekspor minyak-minyak dunia (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) untuk mencari lapangan-lapangan minyak dan gas (migas) baru untuk diakuisisi. Hal itu dinilai bisa mengompensasi produksi minyak dalam negeri yang akan menurun setiap tahunnya.
Pengamat Energi Abdul Muin beralasan kalau Indonesia akan mengalami kelebihan permintaan migas dibanding suplai sehingga diperlukan tambahan suplai lain. Menurut data yang dimilikinya, Indonesia akan defisit minyak sebanyak 1,59 juta barel per hari (bph). Di mana realisasi
lifting minyak hanya sebesar 620 ribu bph, sedangkan kebutuhan domestik mencapai 2,11 juta bph pada 2020.
"Sekarang saja
lifting minyak tak bisa mencapai target yang ditentukan yaitu 825 ribu bph. Bagaimana bisa menambah produksi kalau tak disertai pasokan dari lapangan lain? Cara yang paling cepat adalah dengan akuisisi lapangan migas di negara lain khususnya negara-negara OPEC," kata Abdul di Jakarta, Selasa (1/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, negara OPEC sangt potensial karena memiliki cadangan migas yang sudah terbukti. Indonesia, menurutnya, harus memanfaatkan kedekatan personal antar anggota agar mendapatkan nilai akuisisi serta investasi lapangan migas yang lebih murah.
"Harusnya jika sudah masuk OPEC lagi, kita bisa persuasi agar dapat harga lapangan migas yang lebih murah. Kalau masih mengandalkan investor untuk mencari sumber baru lagi di Indonesia kan tidak cepat waktunya, sedangkan kebutuhan domestik meningkat terus," terangnya.
Saat ini iklim investasi hulu migas masih dipandang kurang menarik dengan harga minyak yang masih rendah serta masih kurangnya informasi mengenai cadangan-cadangan terbukti dalam negeri. Apalagi menurutnya, produksi migas dari lapangan Banyu Urip di tahun-tahun mendatang juga tak bisa diandalkan meskipun produksi potensialnya bisa mencapai 165 ribu bph.
"Pasalnya kenaikan kebutuhan minyak kita bisa mencapai 1,5 hingga 3,5 persen per tahun. Kalau Banyu Urip berproduksi namun cadangan baru tidak ada yang dieksplorasi kan artinya pertumbuhan produksi stagnan tak mengikuti kebutuhannya," tutur Abdul.
Sebagai informasi, Indonesia kembali jadi anggota aktif OPEC pada September lalu setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan ingin membeli minyak langsung dari negara-negara anggota OPEC. Hal ini untuk menyiasati semakin tingginya angka konsumsi minyak yang tak sebanding dengan kemampuan produksi dalam negeri.
Sebagai informasi, data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) mengatakan kalau Indonesia masih memiliki cadangan terbukti sebesar 3,6 miliar barel. Sedangkan potensi cadangan minyak bumi di dalam negeri diperkirakan masih ada 43 miliar barel yang belum dieksplorasi.
(gen)