Harga Minyak Jeblok KKKS Lanjutkan Pemangkasan Investasi 2016

CNN Indonesia
Rabu, 02 Des 2015 16:13 WIB
Indonesian Petroleum Association (IPA) menyatakan pengurangan investasi terjadi karena perusahaan tidak mampu menahan gempuran pelemahan harga minyak dunia.
Presiden Indonesia Petroleum Association (IPA) Craig Stewart (tengah), didampingi petinggi IPA lainnya Sammy Hamzah (kanan), Jakarta, Rabu (2/12). (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jebloknya harga minyak dunia turut memukul bisnis produksi minyak. Hal tersebut membuat para produsen minyak terpaksa harus menahan diri untuk mengembangkan bisnisnya serta melakukan investasi di tahun ini hingga 2016.

Salah satu Direktur Indonesian Petroleum Association (IPA) Sammy Hamzah mengatakan akibat anjloknya harga minyak dunia, seluruh kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) yang beroperasi di Indonesia gagal mencapai target investasi senilai US$ 23 miliar.

"Saya yakin akan ada pengurangan investasi lagi tahun depan. Sebagian besar akan ada konsolidasi dari perusahaan-perusahaan yang tidak mampu menahan gempuran pelemahan harga minyak dunia," ujar Sammy saat ditemui di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (2/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengaku, salah satu investasi yang tertahan adalah upaya untuk mencari cadangan minyak baru (eksplorasi). Padahal Komite Eksplorasi Nasional (KEN) sempat mengidentifikasi adanya temuan cadangan minyak dan gas bumi (migas) baru ekuivalen sebanyak 5,2 miliar barel.

Meski perusahaan banyak yang menyadari pentingnya upaya eksplorasi, namun menurut Sammy potensi tersebut terancam tidak dapat digali akibat banyak perusahaan yang enggan menggelontorkan biaya operasinya untuk melakukan eksplorasi. Perusahaan lebih memilih memastikan operasional yang ada saat ini tetap berlanjut dan produksi migas tetap berjalan meski volume produksi menurun.

Menurutnya opsi untuk menghentikan produksi tidak akan semudah itu diambil. Pasalnya, keberlangsungan produksi akan sangat berpengaruh terhadap cadangan minyak milik perusahaan.

"Tidak ada perusahaan yang ingin menyetop produksi. Menyetop produksi minyak tidak seperti menyetop produksi sepatu. Jika berhenti produksi hari ini, besok tidak bisa langsung dilanjutkan. Di Migas tidak segampang itu," jelasnya.

Karena permasalahan harga minyak itulah menurut Sammy banyak perusahaan yang makin gencar melakukan kalkulasi terkait berapa lama harga minyak dunia bakal bertahan di bawah level US$ 50 per barel.

"Tapi bagi perusahaan yang keuangannya tidak terlalu baik maka mereka akan menjual asetnya. Sekarang sudah ada beberapa yang melakukan itu," ungkapnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER