Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal kembali mencoba masuk ke zona hijau setelah pada perdagangan kemarin menguat tipis di akhir perdagangan. Indeks diperkirakan bakal bergerak variatif dengan kecenderungan menanjak.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto mengatakan dalam perdagangan kemarin IHSG berhasil tutup stagnan di 4.466,21 setelah hampir sepanjang perdagangan bergerak di teritori negatif. Menurutnya aksi beli pemodal lokal di akhir sesi terhadap sejumlah saham unggulan seperti Astra dan BCA berhasil mengimbangi tekanan jual pemodal asing.
“Sentimen pasar masih didominasi sentimen negatif dari kawasan emerging market menyusul meningkatnya kekhawatiran perlambatan ekonomi China setelah data indeks harga produsen China November lalu kembali turun 5,9 persen (secara bulanan),” jelasnya dalam riset, Jumat (11/12).
Selain itu, pada saat bersamaan pasar mengantisipasi rencana kenaikan suku bunga AS menjelang pertemuan The Fed pekan depan. Menurutnya harga komoditas seperti minyak mentah yang terus melemah kembali menekan saham sektor tambang dan perkebunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sementara Wall Street tadi malam berhasil rebound setelah terkoreksi selama tiga sesi perdagangan sebelumnya. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,47 persen dan 0,23 persen tutup di 17.574,75 dan 2.052,23,” katanya.
Penguatan bursa AS, kata David, terutama ditopang saham berbasiskan teknologi dan saham airlines. Sedangkan harga minyak mentah kembali anjlok tadi malam 1,83 persen di US$ 36,48 per barel. David menilai pasar saat ini tengah menanti hasil pertemuan The Fed 15-16 Desember pekan depan.
“Pada perdagangan akhir pekan ini, IHSG diperkirakan masih bergerak bervariasi dalam rentang konsolidasi berpeluang menguat terbatas. Saham-saham sektoral yang diuntungkan dengan sentimen penurunan harga minyak mentah seperti konsumsi, semen, transportasi akan cenderung menguat. IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4.440 hingga 4.490,” jelasnya.
Analis Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan sebelumnya bursa Asia ditutup mayoritas masih tertekan. Sementara, ia menilai penguatan terbesar Yen dalam tiga bulan membebani eksportir Jepang.
“Bursa saham di China pun turun di tengah kekhawatiran upaya pemerintah untuk membuat konsumsi dan jasa domestik yang dinilai tidak akan cukup cepet untuk mengimbangi perlambatan permintaan untuk produk industri dan komoditas,” ujarnya dalam riset, dikutip .
Sementara ia menilai IHSG bergerak cenderung negatif selama perdagangan kemarin, namun secara tak terduga ditutup positif ke level 4.466. Menurutnya nilai tukar rupiah yang melemah mendekati level 14.000 menjadi salah satu penekan IHSG pada perdagangan kemarin, sehingga tercatat penjualan bersih investor asing.
“Sektor komoditas melanjutkan penekanan yang cukup kuat terhadap indeks dimana sektor pertanian melemah 1,29 persen dan pertambangan melemah 1,83 persen. Minimnya sentimen pasca libur nasional kemarin membuat investor lebih memperhatikan sentimen global,” jelasnya.
Secara teknikal, Lanjar menilai IHSG terkonsolidasi setelah menyentuh
support lower bands. Ia menyatakan indikator stochastic pun jatuh ke area
oversold dengan momentum
bearish yang tidak begitu kuat.
“
Signal reversal belum terlihat cukup kuat sehingga diperkirakan pergerakan IHSG masih akan tetap
mixed cenderung kembali mencoba menguat dengan
range pergerakan 4.445-4.515,” katanya.
(gir)