Jakarta, CNN Indonesia -- Pergerakan saham Asia relatif stabil pada awal perdagangan hari ini, Selasa (15/12) menyusul naiknya harganya minyak mentah. Nmaun, investor cenderung berhati-hati dan enggan membuat langkah besar menjelang pertemuan Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) Bank Sentral Amerika.
Selain itu, pelaku pasar juga tampaknya memperhatikan kebijakan selanjutnya dari Bank Rakyat China (PBOC) yang sebelumnya sengaja melemahkan nilai tukar yuan terhadap dolar Amerika.
Indeks Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo naik 0,07 persen atau 13,54 poin menjadi 18.896,96 pada awal perdagangan, sedangkan indeks Topix dari seluruh saham papan utama naik 0,13 persen atau 1,99 poin menjadi 1.529,87.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari Australia, bursa saham dibuka sedikit lebih tinggi pada Selasa, setelah kemarin terjadi aksi jual mencapai AUS$30 miliar. Indeks acuan ASX200 naik 7,5 poin atau 0,15 persen menjadi 4.936,1, sedangkan indeks All Ordinaries naik 8,4 poin atau 0,17 persen menjadi 4.990,3.
Reuters mencatat, indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen.
Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat melemah 0,07 persen pada pembukaan perdagangan hari ini di level 4.371.
Sebelumnya, sejumlah indeks utama di bursa saham Amerika menutup perdagangan dengan penguatan. Kenaikan harga minyak hampir 2 persen pasca melemah hingga menyentuh level terendah dalam 11 tahun menjadi penopang penguatan Wall Street.
Harga minyak Amerika tercatat menguat 69 sen atau 1,94 persen ke level US$ 36,31. Sementara harga minyak jenis Brent untuk pengiriman Januari turun 1 sen ke level US$ 37,92 per barel.
Sedangkan indeks saham Dow Jones menguat 41,02 poin atau 0,24 persen ke level 17.306,23. Lalu indeks S&P 500 menguat 2,95 poin atau 0,15 persen ke level 2.015,32 dan indeks Nasdaq bertambah 3,04 poin atau 0,06 persen ke level 4.936,51.
Selain arah harga minyak, prospek kebijakan moneter The Federal Reserve sangat memengaruhi kesadaran kolektif pelaku pasar. Mayoritas investor meyakini The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya pada bulan ini dan bertanya-tanya berapa besar tingkat kenaikan The Fed Fund yang akan terjadi pada tahun depan.
Berdasarkan hasil konsensus yang dikumpukan Reuters, 83 persen pelaku pasar melihat peluang The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 0,25 persen menjadi 0,5 persen dalam FOMC yang akan berlangsung selaam dua hari, 15-16 Desember 2015. Proyeksi tersebut sesuai dengan program FedWatch CME Group.
Pada awal perdagangan Asia, indeks dolar Amerika (DXY) stabil terhadap sekeranjang mata uang di level US$97,668. Sementara itu, terhadap mata uang Jepang, dolar Amerika naik tipis ke level 121,1 yen per dolar. Sedangkan terhadap euro turun sedikit menjadi US$ 1,099 per euro.
(ags)