Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menyatakan terus memantau perkembangan nilai tukar rupiah dan harga komoditas di pasar untuk menyesuaikan harga jual produk-produk
consumer goods dan makanan yang dimilikinya.
“Kami selalu memantau perkembangan karena harga produk selalu tergantung variabel dari harga komoditas sendiri dan
foreign exchange (nilai tukar mata uang). Kami pantau terus. Kapan dan berapa penaikannya belum tahu,” ujar Sekretaris Perusahaan Unilever Sancoyo Antarikso usai Rapat Umum Pemegang Saham di Crowne Plaza, Jakarta, Selasa (15/12).
Seperti diketahui, Unilever Indonesia telah mengerek harga jual produknya hingga tiga kali sampai Oktober lalu. Tercatat, sepanjang periode tersebut harga jual produk Unilever meningkat sampai 3,8 persen guna mempertahankan margin perseroan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam laporan keuangan Unilever per September 2015, margin usaha turun dari 21,02 persen menjadi 20,51 persen, sedangkan margin bersih terpangkas dari 15,51 persen ke level 15,18 persen. Sementara hanya margin kotor yang mengalami perbaikan setelah meningkat dari 48,79 persen ke posisi 50,69 persen.
Sancoyo menambahkan, manajemen juga melihat berbagai efek dari kebijakan ekonomi global, salah satunya adalah rapat petinggi bank sentral AS (FOMC) dalam minggu ini. Kendati demikian, ia mengaku perseroan tetap menilai keadaan bakal positif dalam jangka panjang.
“Kami melihat rapat FOMC sebentar lagi akan ada pengaruhnya. Tapi kami selalu melihat kondisi dalam jangka panjang. Dan kami selalu fokus ke konsumen, bagaimana produk kami bisa menyasar lebih banyak konsumen,” jelasnya.
Ia menjelaskan, Unilever telah berada di Indonesia sejak lama dan masih tetap bertahan hingga kini. Hal itu menjelaskan bahwa perusahaan selalu melihat kondisi untuk jangka panjang, apalagi kini Indonesia menghadapi bonus demografi pada 2020.
“Kami telah berada di Indonesia selama 82 tahun. Kami bukan pemain
hit and run, tapi jangka panjang. Dinamika ini biasa dialami oleh perusahaan dan negara.
Mid and long term masih sangat
bullish, seperti jumlah penduduk yang muda, bonus demografi dan potensi tingkat konsumsi,” ujarnya.
Dari sisi kinerja, Unilever Indonesia mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 3,21 persen pada sembilan bulan pertama 2015 menjadi Rp 4,18 triliun dari Rp 4,05 triliun pada periode yang sama 2014.
Pertumbuhan kinerja Unilever tersebut ditopang dengan peningkatan penjualan pada sembilan bulan pertama 2015 sebesar 5,60 persen menjadi Rp 27,55 triliun dari capaian di periode yang sama 2014 senilai Rp 26,09 triliun.