Indramayu, CNN Indonesia -- PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina di sektor hulu, melalui salah satu lapangannya di Asset 3 Jatibarang Field mencatat produksi minyak tercatat mencapai 7.979 barel per hari (bph) sejak awal tahun ini, atau baru mencapai 84,27 persen dari target produksi 9.472 bph.
Asisten Manajer Petroleum Engineering Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field Catherine Febriana mengungkapkan rendahnya harga minyak tahun ini berpengaruh terhadap capaian produksi perusahaan. Hal itu juga membuat target produksi minyak tahun depan hampir sama dengan target produksi tahun ini yaitu di kisaran 9 ribuan bph.
"Kita kan masih jauh dari target kita, kembali lagi itu karena masalah pembiayaan. Kita harus efisiensi, karena harga minyak yang turun," tutur Catherin saat menerima kunjungan media di Kantor Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, Indramayu, Jumat (18/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun lalu, lanjut Catherine, Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field berhasil mencapai target produksi minyak 100 persen dari sekitar 8 ribuan bph. Pasalnya, harga minyak masih ada di kisaran US$60-80 per barel.
"Sekarang kan di bawah US$50 kami jadi harus melakukan upaya efisiensi," ujarnya.
Catherine mengungkapkan, bentuk efisiensi yang dilakukan perseroan antara lain mengurangi aktivasi pemboran.
"Pemboran kan tidak murah, satu pemboran saja itu bisa membutuhkan US$4 juta, kurang lebih, untuk mendapatkan target 300 barel per hari. Nanti dilihat keekonomian, harga minyak berapa, dengan biaya segitu profit kita seperti apa. Profit kita kan juga akan dibagi dengan negara," ujarnya.
Manajemen perusahaan mengungkapkan capaian produksi minyak diperoleh dari kontribusi lapangan offshore X-Ray serta Struktur Randegan (RDG).
Lapangan X-Ray sendiri terdiri dari empat remote platform yakni X-Alpha (XA), X-Bravo (XB), X-Delta (XD) dengan jumlah keseluruhan ada 34 sumur di X-Ray. Dari ke-34 sumur tersebut, ada 20 sumur minyak aktif yang beroperasi dengan Electric Submersible Pump (ESP) dan 2 sumur gas non asso dengan natural flow.
Umur X-ray yang terbilang tua yakni 40 tahun tidak membuat produksinya menurun. Melalui inovasi yang terus dilakukan pencapaian produksi X-Ray di tahun 2015 (ytd 17 Des 2015 ) mampu mencapai 2.112 bph.
Selain inovasi, program well intervention di beberapa sumur X-Ray jadi kunci performa produksi yang terus meningkat. Adapun sumur-sumur yang berhasil dengan well intervention ialah XA-7 sebesar 274 bopd, XA-1 mencapai 276 bph dan XD-5 sebesar 150 bph.
Jatibarang Field Manager Ceppy Agung Kurniawan, mengungkapkan bahwa Lapangan X-Ray merupakan tulang punggung bagi produksi Jatibarang Field yang akan terus dikembangkan ke depannya.
“Program reaktivasi dari sumur-sumur suspended Lapangan X-ray akan terus dilajutkan di tahun 2016. Upaya peningkatan produksi ini tidak terlepas dari kerjasama tim antar fungsi terkait seperti Ekploitasi dan Surface Facility Asset 3,” tutur pria yang akrab disapa Ceppy ini.
Sementara itu, struktur RDG yang terletak di kabupaten Majalengka ini juga memiliki andil yang cukup besar dalam mendukung peningkatan produksi Jatibarang. Berkat keberhasilan reopening sumur RDG-44 yang mampu menghasilkan 361 bph, tim Eksploitasi (EPT) pusat mengusulkan program Quantum Leap di struktur RDG (sumur RDG- 40, RDG-42 dan RDG-47).
Disamping itu, program Well Intervention pada Struktur Randegan juga menghasilkan penambahan produksi yang cukup besar seperti sumur RDG-53 yang menghasilkan 237 bph dan sumur RDG-56 yang menghasilkan 126 bph. Inovasi dan perawatan sumur dalam kondisi dunia minyak seperti sekarang dinilai menjadi jalan terbaik untuk terus meningkatkan produksi.
(gir)