Surat Utang Negara Masih Menarik Bagi Investor Tahun Depan

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Selasa, 22 Des 2015 09:54 WIB
Mandiri Sekuritas memperkirakan imbal hasil surat utang negara di kisaran 7,89 persen tahun depan, lebih rendah dari imbal hasil tahun ini sekitar 8,59 persen.
Handy Yunianto, Kepala Riset Fixed Income PT Mandiri Sekuritas (kiri). (ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna).
Jakarta, CNN Indonesia -- Surat Utang Negara atau Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi valuta asing yang diterbitkan pemerintah tahun depan dinilai masih menarik perhatian para investor asing. Indonesia diprediksi masih berpotensi menyerap dana likuiditas yang ada di pasar keuangan.

Handy Yunianto, Kepala Riset Fixed Income PT Mandiri Sekuritas mengatakan dari berbagai instrumen SBN valas yang pernah diterbitkan, SBN berdenominasi dolar Amerika (global bond) dinilai menjadi yang paling menarik dibandingkan Samurai Bond, Euro Bond dan Sukuk Global.

"Kalau dari proporsi kebutuhan tahun depan masih mayoritas adalah global bond," ujar Handy kemarin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga mengingatkan pemerintah untuk pintar melihat potensi pasar selama 2016 mendatang. Pasalnya selain Indonesia, banyak negara berkembang lainnya yang berlomba-lomba menerbitkan SBN untuk menarik likuiditas sebelum The Fed menaikan suku bunga acuan lebih agresif.

"Saingan kita adalah Filipina, Turki. Namun kalau bicara credit risknya, Indonesia masih menjadi tujuan. Terbukti di Desember permintaan global bond kita masih cukup kuat," ujarnya.

Pemerintah sendiri telah sukses melakukan prefunding melalui lelang global bond US$ 3,5 Miliar pada awal Desember 2015 kemarin.

Imbal Hasil Lebih Rendah

Mandiri Sekuritas juga memprediksi imbal hasil (yield) SBN pada tahun depan berada pada kisaran 7,89 persen. Estimasi tersebut lebih rendah dari perkiraan yield pada akhir tahun ini sebesar 8,59 persen.

Handy mengatakan pada 2015 yield SBN bergerak relatif cepat dari waktu ke waktu. Sementara pada 2016 yield akan cenderung stabil dan menurun.

"Pada akhir 2016 diperkirakan yield akan berada dikisaran 7,89 persen, untuk SBN dengan tenor 10 tahun, turun dari tahun ini," ujar Handy.

Handy mengatakan penurunan ini didorong oleh peluang penurunan inflasi, BI Rate, rupiah dan credit debt swap (CDS). Handy melihat BI rate tahun depan akan turun sekitar 50 basis poin dan inflasi dikisaran 5 persen.

"Melihat obligasi ini sangat tergantung dari dua faktor ini inflasi dan BI Rate. Kalau BI Rate naik jangan beli obligasi, begitu juga inflasi," terangnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER