Analis Memprediksi Kredit Perbankan Tumbuh 15% pada 2016

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 24 Nov 2015 11:34 WIB
Mandiri Sekuritas memprediksi kredit perbankan tumbuh sekitar 13 persen hingga 15 persen tahun depan.
Petugas menghitung uang dolar AS di sebuah bank di Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). (Antara Foto/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan kredit perbankan diprediksi tumbuh hingga 15 persen pada tahun depan menyusul berkurangnya utang luar negeri (ULN) dan kemungkinan turunnya suku bunga pinjaman.

Ekonom Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra mengatakan total utang luar negeri pada kuartal III 2015 hanya tumbuh 2,7 persen dibandingkan akhir triwulan sebelumnya 6,3 persen. Bank Indonesia (BI) melaporkan total ULN Indonesia pada akhir September 2015 mencapai  US$ 302,4 miliar atau setara dengan Rp 4.154,6 triliun

“Secara sekilas, angka itu merupakan yang terendah sejak Juli 2009 dan di bawah rerata pertumbuhan utang sepanjang 2011-2013 sebesar 11,4 persen,” jelasnya dalam riset, Selasa (24/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aldian menjelaskan, baik utang swasta maupun pemerintah melambat masing-masing menjadi 4,1 persen dan 1 persen  secara tahunan pada September, di mana utang swasta menyumbang paling besar 56 persen. Menurutnya, rasio utang eksternal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2015 sebesar 34,9 persen.

“Kecuali untuk sektor listrik, seluruh sektor melambat. Kami meyakini kombinasi dari pertumbuhan ekonomi yang lambat, harga komoditas yang lemah, dan beban hedging yang tinggi, sudah menurunkan minat pendanaan luar negeri,” ujarnya.

Menurutnya, tiga sektor yang berkontribusi paling besar pada perlambatan adalah sektor keuangan, sektor transportasi dan komunikasi, serta sektor manufaktur selaku industri penghasil rupiah. Sebaliknya sektor listrik, gas, dan air mengalami kinerja positif karena kemungkinan dipicu oleh rencana agresif pemerintah untuk memasukkan swasta pada pembangunan pembangkit listrik.

“Saat ini, tingkat utang masih tetap aman di bawah 40 persen dari PDB, dan beberapa sinyal mengindikasikan perhatian jangka menengah karena rasio utang terhadap ekspor dan pelunasan utang (DSR) masih berlanjut naik," tuturnya.

Hingga akhir kurtal III 2015, rasio utang terhadap ekspor tercatat sebesar 157,7 persen, sedangkan rasio utang terhadap pelunasannya (DSR) 57,5 persen. Angka tersebut naik dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang masing-masing sebesar 139,7 persen dan 54 persen.

Kesimpulannya adalah, lanjut Aldian, kenaikan rasio menunjukkan kemampuan negara untuk melunasi utang luar negeri dari aktivitas ekspor valas yang sudah melemah.

“Karena itu, kami menilai pembuat kebijakan akan melanjutkan langkah-langkah untuk menjaga risiko jangka menengah termasuk kebijakan tentang rasio utang terhadap ekuitas sebesar 4:1 yang efektif mulai Januari 2016 dan mendorong kebijakan untuk memberikan insentif pada pengembangan ekspor hilir,” katanya.

Ketika harga komoditas diprediksi masih akan rendah, lanjut Aldian, beban utang luar negeri akan lebih mahal karena potensi adanya kenaikan suku bunga AS dan kebijakan utang pemerintah yang hati-hati. Ia menilai pertumbuhan utang luar negeri swasta akan terbatas hingga akhir 2016.

“Kami masih menetapkan kembali proyeksi rasio utang luar negeri terhadap PDB sebesar 35 persen untuk 2015 dan 2016. Sebagai gantinya, pendanaan internal seperti kredit bank dan obligasi rupiah diprediksi akan mendominasi kebutuhan pendanaan swasta tahun depan, terutama karena kami juga memprediksi adanya pemangkasan BI rate sebesar 50 bps sepanjang semester I 2016,” jelasnya.

"Kami memprediksi pertumbuhan kredit sebesar 13 persen-15 persen tahun depan dari 11 persen secara tahunan per September 2015,” tutur Aldian. (ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER