Genjot Mega Proyek 35000 MW, Jokowi Panggil 150 Bos Listrik

CNN Indonesia
Selasa, 22 Des 2015 16:41 WIB
Presiden Jokowi mau proyek PLTU Batang tuntas pada 2019 atau setahun lebih cepat dari rencana investor Jepang.
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berdialog dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (keempat kiri), Direktur Utama PLN Sofyan Basir (ketiga kiri) Direktur Utama PT Bhimasena Power Indonesia Mohammad Effendi (kiri), disaksikkan Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan (kanan), Menteri ESDM Sudirman Said (kedua kanan) dan Menteri BUMN Rini Soemarno (ketiga kanan) saat peresmian proyek PLTU Batang di kawasan Desa Ujung Negoro, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Jumat (28/8). (Antara Foto/Pradita Utama)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo mengumpulkan sekitar 150 investor pembangkit listrik guna mempercepat proyek 35 ribu mega watt (MW) di Istana Negara.

"Jadi pertemuan sekarang ini saya ingin menekankan lagi 35 ribu MW itu kebutuhan. Memang itu bukan angka yang kecil, oleh karena itu setiap minggu, bulan selalu saya ikuti, Dirut (PLN), menteri selalu saya panggil," kata Presiden di depan para investor di Istana Negara, Jakarta (22/12).

Jokowi menegaskan, persoalan listrik bukan hanya jadi urusan PLN, tetapi juga menjadi urusan negara. Dia selaku presiden berharap defisit listrik yang selama ini terjadi bisa segera teratasi dengan adanya mega proyek pembangkit ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tiap saya ke daerah, keluhannya sama, listriknya byarpet. Listriknya kurang. Dan itu bukan kesalahannya menteri atau dirut (PLN), tapi ada masalah seperti itu harus diselesaikan," kata Presiden.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik 35 ribu MW, Jokowi mengatakan pemerintah tengah dan telah melakukan deregulasi aturan guna mempercepat eksekusi proyek pembangkit listrik.

"35 ribu MW mampu kita penuhi dengan cara izin-izin yang terlalu ruwet, izin-izin yang terlalu lama, potong. Itu yang sekarang ini kita lakukan," jelasnya.

Presiden mengaku sedikit lega dengan sudah ditandatanganinya proyek sebesar pembangkit berkapasitas 17.300 MW, yang merupakan bagian dari proyek 35 ribu MW.

Pada kesempatan ini, Presiden juga bertanya satu-satu kepada para investor yang hadir terkait komitmen penyelesaian proyek maksimal 2019.

Salah satu investor pembangkit listrik tenaga Geothermal di NTT menyanggupi penyelesaian proyeknya pada akhir 2019. Namun Presiden meminta untuk mempercepatnya.

"Tidak bisa kerja siang malam? Kita ini dikejar-kejar oleh rakyat, saya harus menyikapai itu juga dengan cara cepat," ujar Jokowi.

Instruksi percepatan proyek juga didorong Jokowi ketika mengajukan pertanyaan yang sama kepada investor pembangkit listrik asal Jepang yang berlokasi di Batang, Jawa Tengah.

"Rencana Maret 2020 (selesai). Itu dengan asumsi bahwa masalah tanah sudah selesai," kata perwakilan investor PLTU Batang tersebut.

Presiden mengakui bahwa PLTU Batang terganjal masalah pembebasan sejak empat tahun yang lalu. Namun, kendala lahan tersebut tidak berarti eksekusi proyek PLTU Batang tidak bisa dipercepat.

"Saya tidak mau 2020, maju 2019 harus bisa. Saya tahu (investor) Jepang agak mundur (terganjal pembebasan tanah), tapi sekarang saya minta agak maju. Kalau kerja siang malam bisa?" tanya Presiden.


Presiden menegaskan, ia akan mengecek satu per satu pelaksanaan proyek pembangkit agar target yang diberikan dapat selesai tepat waktu.

"Saya kerja seperti ini, tanya satu-satu, cek satu-satu karena ini menjadi catatan saya. Saya ingin kerja detail dan betul-betul dilaksanakan di lapangan," ujarnya menegaskan.

Intinya, lanjut Jokowi, pemerintah akan membantu para investor, termasuk pembebasan lahan agar proyek 35 ribu MW itu dapat selesai tepat waktu.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER