Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mencanangkan program pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 5 ribu Megawatt (MW).
Proyek yang menjadi bagian dari program pembangkit 35 ribu MW ini akan diluncurkan di Bali, bertepatan dengan gelaran Bali Clean Energy Forum pada Februari 2016.
"Sebenarnya kita sudah menyasar energi baru, hanya saja belum masif. Sekarang sudah saatnya, dan program energi surya ini harus selesai di akhir 2019," ujar William Sahbandar, Ketua Tim Percepatan Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (P2EBT) Kementerian ESDM di Jakarta, Selasa (12/21).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, lanjut William, pemerintah tengah mengupayakan beberapa sumber pendanaan untuk merealisasikan proyek tersebut.
Mantan Deputi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias itu mengungkapkan, salah satu sumber pendanaan potensial yang bisa digunakan untuk membiayai proyek PLTS tersebut antara lain dana pensiun yang selama ini pemanfaatannya belum optimal. Selain itu, lanjutnya, dana-dana non Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau yang berada di bawah koordinasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga akan diupayakan.
"Yang kita pikirkan sekarang itu adalah dua sumber pendanaan tadi adalah yang sangat sederhana dilakukan. Tapi kami juga membuka opsi ketiga yakni dana yang diperoleh dari investasi atau investor," tutur William.
Dengan melibatkan swasta, William optimistis program pembangunan PLTS 5 ribu MW terlaksana sesuai jadwal. Proyek ini juga sejalan dengan tren pembangunan pembangkit listrik yang mulai mengarah pada pemanfaatan sumber energi bersih dan ramah lingkungan seperti surya, air, angin atau panas bumi.
Selain itu, tutur William, program ini juga sebagai bentuk komitmen dan kesepakatan dari konfrensi perubahan iklim dunia
Conference of the Parties yang dilangsungkan di Paris, Perancis beberapa waktu lalu.
"Dan lagi dana investasi itu jumlahnya sangat banyak di dunia sampai US$ 5 triliun dalam 10 tahun ke depan dan 60 sampai 70 persen itu masuk di sektor energi," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri ESDM Sudirman Said dengan program ini Indonesia bisa menjadi inisiator penggunaan energi bersih di kawasan Asia Tenggara dan dunia.
"Saya mau tarik ke belakang konteksnya bahwa energi kita harus dibangun dari tiga pertimbangan mulai dari aspek legal atau konstitusi. Kedua, mengenai platform pemanfaatan energi (fosil) yang makin lama makin habis serta aspek ketiga mengenai kolaborasi global. Maka dari itu kita ingin membuka dialog yang mendorong adanya reform atau aliansi dalam tiga hal tadi," tutur Sudirman.
(ags/gen)