Alumni ITB Nilai Estimasi Biaya Fasilitas LNG Inpex Kemahalan

CNN Indonesia
Rabu, 23 Des 2015 12:48 WIB
Biaya pembangunan fasilitas gas alam cair darat (OLNG) Blok Masela ditaksir hanya US$15,42 miliar, lebih murah dari hitungan Inpex yang mencapai US$20,66 miliar
Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Lampung milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk (Persero). (Dok. Kementerian BUMN).
Jakarta, CNN Indonesia -- Forum Tujuh Tiga Institut Teknologi Bandung (Fortuga ITB) menilai biaya pembangunan fasilitas gas alam cair darat atau onshore liquefied natural gas (ONLG) di Blok Masela, Laut Arafura, Maluku yang ditaksir Inpex terlalu tinggi. Perhitungan Inpex tersebut membuat kesan OLNG kurang efisien dibandingkan dengan fasilitas gas alam cair terapung atau floating liquified natural gas (FLNG). 

“Angka yang disampaikan oleh Inpex melalui SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi) saya kira dibandingkan tempat lain yang serupa kapasitasnya jenisnya itu ketinggian,” tutur anggota Fortuga ITB Yoga P Suprapto di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Selasa (23/12).

Berdasarkan data Inpex Masela Ltd, SKK Migas menyebutkan biaya pembangunan OLNG untuk kapasitas 2x4 juta metrik ton per tahun ditaksir mencapai US$20,66 miliar. Sementara, biaya pembangunan FLNG diperkirakan hanya sebesar US$14,8 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Direktur Utama PT Badak NLG ini menuturkan, biaya investasi pembangunan sarana penyimpanan produksi dan bongkar muat terapung (floating production storage and offloading/ FSPO) untuk OLNG diperkirakan Inpex mencapai US$4,82 miliar. Namun, berkaca pada proyek sejenis dengan kapasitas dan kedalaman yang hampir sama seperti di Laut Utara dan Teluk Meksiko, biayanya seharusnya hanya berkisar US$2 miliar.

“Perkiraan kami (biaya investasi FSPO) tidak setinggi itu dan FSPO ini bukan barang yang baru,” tutur Yoga.

Lebih lanjut, Yoga menilai taksiran biaya pembangunan FLNG sebesar US$14,8 miliar oleh Inpex masih bisa melonjak hingga US$22 miliar. Pasalnya,pengoperasian blok gas secara FLNG dengan karakterisitik yang sama seperti Blok Masela belum pernah dilakukan di dunia.

"Perkiraan biaya investasi terapung itu masih kasar sekali, tidak konseptual masih bisa melonjak dan turun juga tetapi jarang sekali turun karena ada ketidakpastian," kata Yoga.

Yoga berharap penyusunan rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) dari proyek gas Abadi-Masela tidak semata-mata dilihat dari keekonomian pengembangan lapangan gas tetapi juga mempertimbangkan semangat pengembangan perekonomian Nasional, khususnya kawasan Indonesia bagian Timur.
Berdasarkan pertimbangan itu, Tim Fortuga menilai pengembangan fasilitas Blok Masela di darat merupakan opsi terbaik.

“Sedari awal kami konsisten bahwa kalau kita melihat secara ekonomi dalam skala negara atau gas saja pasti yang darat karena dampaknya banyak,  dampak ke industri hilir, industri yang lainnya, termasuk tingkat kandungan dalam negeri, termasuk pekerjanya,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Tenaga Ahli Kemenko Maritim, Ronnie Higuchi. Dia menilai perkiraan Inpex atas biaya OLNG kemahalan. Hal itu membuat FLNG terkesan lebih layak secara ekonomi.

“Harga yang ditaruh untuk OLNG itu terlalu tinggi,” kata Ronnie di tempat yang sama.

Berdasarkan perhitungan Ronnie, biaya FPSO (fasilitas pengolahan di atas sumur gas) OLNG Blok Masela seharusnya hanya US$2 miliar dolar AS, lebih rendah dari taksiran Inpex US$4,82 miliar.

Sementara untuk upah tenaga kerja (labor cost) yang dipatok perusahaan asal Jepang itu sekitar US$1,7 miliar, ia menilai seharusnya maksimal hanya US$300 juta. Selanjutnya, biaya logistik ditaksir Higuchi hanya sebesar US$300 juta atau lebih rendah dibandingkan perkiraan Inpex US$1,3 miliar.

 “Biaya OLNG yang US$20,66 dikurangi US$5,22 miliar sama dengan US$15,442 miliar,” katanya.

Adapun untuk tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) OLNG ditaksir Ronnie mencapai 40 persen. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan FLNG yang minim kandungan lokal karena pembangunannya dilakukan di luar negeri seperti pada proyek Prelude LNG Shell Corporation di Australia. Prelude itu dibangun oleh Technip/Samsung Consortium (TSC) di Korea Selatan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER