Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) akan menyasar potensi dana dari transaksi transfer uang dari luar negeri (remitansi) yang dilakukan oleh pekerja-pekerja terampil Indonesia yang merantau.
Direktur Keuangan BNI, Rico Rizal Budidarmo mengatakan strategi bisnis ini diambil karena ada potensi penerimaaan berbasis komisi (
fee-based income) yang cukup besar dari kegiatan remitansi.
Menurutnya, pengiriman uang yang dilakukan oleh pekerja terampil ke Indonesia lebih besar dibandingkan dengan yang dikirimkan oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI) kurang terampil yang punya pengahsilan lebih rendah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Potensi dari sini cukup besar karena skilled workers dari Indonesia ke luar negeri juga sudah cukup banyak. Maka dari itu kami mau mengakomodasi remitensi yang mereka lakukan, ibaratnya menambah derajat bangsa kita juga," jelas Rico di Jakarta, Kamis (31/12).
Ia menambahkan, pelaksanaan remitensi yang difasilitasi BNI kebanyakan masih berasal dari negara-negara yang memiliki jumlah TKI kurang terampil cukup banyak, seperti Malaysia, Arab Saudi, dan negara Timur Tengah lainnya. Untuk itu, BNI akan melakukan ekspansi kantor remitensi di negara-negara yang memiliki banyak populasi Indonesia dan bekerja di sektor-sektor yang berbasiskan kemampuan Sumber Daya Manusia (
human capital).
BNI, lanjutnya, saat ini tengah membidik peningkatan remitensi dari Korea Selatan dan Taiwan karena kedua negara tersebut memenuhi kriteria yang diinginkan. Pasalnya, saat ini ada 45 ribu penduduk Indonesia di Korea Selatan dan 200 ribu penduduk Indonesia di Taiwan yang sebagian besar bekerja sebagai skilled workers.
"Saat ini pertumbuhan slip remitensi Taiwan lumayan besar. Tapi kalau dari Korea Selatan kami masih belum bisa rasakan hasilnya secara signifikan karena kami persaingan dengan bank-bank asal Korea Selatan juga sangat ketat," jelasnya.
BNI membukukan pertumbuhan
fee-based income dari kegiatan remitansi sebesar 85 persen selama periode Januari-November 2015 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Alasan BNI mengembangkan sayap ke Korea Selatan adalah karena negara tersebut punya potensi besar tetapi belum masuk ke dalam daftar 10 besar negara penyumbang remitensi terbesar. Untuk itu, perseroan akan fokus menggarap negara Ginseng tersebut pada 2016.
"Kami kan rencananya akan buka kantor cabang penuh di Korea Selatan, semoga dengan itu bisa bantu kinerja kantor remitensi kami di Seoul," jelasnya.
Dengan adanya pengembangan ini, perusahaan juga berharap bisa meningkatkan peringkat Taiwan dan Korea Selatan sebagai kontributor fee-based remitensi terbesar terhadap perusahaan. Saat ini, Taiwan berada pada peringkat ke-9 sedangkan Korea Selatan berada di luar 10 besar.
Sebagai informasi, saat ini, BNI memiliki 14 lokasi remitensi yang berada di Malaysia, Arab Saudi, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Hongkong, Qatar, Singapura, Taiwan, Jepang, Bahrain, Belanda, dan Korea Selatan. Saat ini, remitensi terbanyak berasal dari Malaysia disusul oleh Arab Saudi dan Uni Arab Emirat.
Melihat data perusahaan hingga kuartal III 2015, pendapatan remitensi tercatat Rp 49,5 miliar atau 1,78 persen dari pendapatan non bunga BNI sebesar Rp 5,41 triliun.