BEI Usul Proses IPO BUMN Disederhanakan Jadi 20 Minggu

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 04 Jan 2016 13:35 WIB
Per 28 Desember 2015, nilai kapitalisasi pasar di BEI tercatat sebesar Rp 4.834 triliun atau turun 7,54 persen dibandingkan 2015 yang sebesar Rp 5.228 triliu.
Jajaran direksi PT Bursa Efek Indonesia masa bakti 2015-2018 usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di Ballroom Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta. Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio berbicara kepada wartawan usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di Ballroom Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis, 25 Juni 2015. (CNN Indonesia/Giras Pasopati)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengusulkan penyederhanaan proses penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) guna mempersingkat waktu menjadi hanya 20 minggu.

Selama ini, perusahana pelat merah menghabiskan waktu bulanan atau bahkan tahunan untuk bisa melantai di bursa saham nasional.

Direktur Utama BEI, Tito Sulistio berharap proses IPO BUMN bisa dipangkas menjadi sekitar 20 minggu saja, di mana 10 minggu merupakan proses di internal BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan 10 minggu sisanya di luar proses yang dilaksanakan oleh kedua instansi tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rencananya, kata Tito, BEI akan mengusuklkan secara resmi penyederhanaan IPO itu dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) BUMN yang masuk Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2016.

"Kami harap hal itu bisa dimasukkan ke RUU BUMN karena bisa membuat privatisasi BUMN lebih efisien saja," jelas Tito di Jakarta, Senin (4/1).



Ia menambahkan, durasi proses IPO BUMN tersebut sudah merupakan waktu yang ideal. Pasalnya, IPO BUMN saat ini harus melalui 25 proses yang tercantum di dalam pasal 74 hingga 86 UU Nomor 19 tahun 2003 mengenai BUMN, sehingga membuat pelaksanaan IPO terkesan lama.

"Bahkan kami harap di luar proses BEI dan OJK inginnya tidak lebih dari 11 minggu. Kalau bisa 20 hingga 22 minggu itu bagus sekali, karena sebelumnya ada beberapa BUMN yang lama proses IPO-nya," jelas Tito.

Tito mencontohkan beberapa IPO BUMN yang memakan waktu lama seperti PT Garuda Indonesia (4 tahun 1 bulan), PT Waskita Karya (4 tahun 11 bulan), dan PT Semen Baturaja (5 tahun 6 bulan). Lamanya proses itu, tambahnya, terjadi di luar proses yang diakomodasi oleh BEI dan OJK.

"Saya pribadi menganggap ini adalah proses yang sangat lama. Tapi kami sudah ajukan hal ini ke Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan mereka janji mau bantu," jelas Tito.

Sebagai informasi, saat ini terdapat 119 BUMN, termasuk 14 Perum, yang masih beroperasi di Indonesia. Dengan jumlah perusahaan BUMN yang telah melakukan IPO sebanyak 21, maka baru 17,64 persen BUMN yang telah melantai di bursa.



Adanya IPO BUMN ini diharapkan juga bisa memperbesar kapitalisasi pasar pasar modal. BEI sendiri berharap bisa melakukan kapitalisasi pasar minimal Rp 3.750 triliun dengan nilai transaksi harian mencapai Rp 15 triliun di tahun 2019.

Per 28 Desember 2015, nilai kapitalisasi pasar di BEI tercatat sebesar Rp 4.834 triliun atau turun 7,54 persen dibandingkan nilai tahun lalu sebesar Rp 5.228 triliun. Sedangkan nilai transaksi harian BEI per 28 Desember 2015 sebesar Rp 5,77 triliun atau melemah 3,98 persen dibandingkan tahun lalu dengan nilai Rp 6,01 triliun.

(ags/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER