Aktivitas Ekonomi Lesu, Tekanan Inflasi di Jakarta Berkurang

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Selasa, 05 Jan 2016 07:25 WIB
Prospek ekonomi yang membaik diyakini BI akan meningkatkan tekanan inflasi Jakarta 2016 seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat.
Seorang petugas BPJS Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi kepada pedagang di Pasar Inpres Senen, Jakarta, Senin (14/12). (Antara Foto/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Laju inflasi di Provinsi DKI Jakarta pada tahun lalu sebesar 3,3 persen atau lebih rendah dari inflasi nasional 3,35 persen (year on year).  Bank Indonesia (BI) menilai lesunya aktivitas ekonomi di Ibu Kota berkorelasi terhadap rendahnya inflasi Jakarta 2015.

Doni P. Joewono, Kepala Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta menjelaskan, tingginya inflasi Desember yang mencapai 0,72 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month) tidak mendorong inflasi tahunan menjadi tinggi. Pasalnya, inflasi pada bulan-bulan sebelumnya tercatat rendah, bahkan beberapakali mengalami deflasi.  

"Lebih rendahnya inflasi Jakarta tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014, terutama didorong oleh lebih rendahnya harga komoditas kelompok administered prices, terutama untuk komoditas yang terkait dengan energi, seperti bensin, solar, bahan bakar rumah tangga," jelas Doni melalui keterangan tertulis BI, Senin (4/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, perkembangan harga-harga yang diatur pemerintah (adminitered price) ini juga berdampak pada turunnya tarif dalam subkelompok tranportasi, terutama pada angkutan udara dan angkutan antarkota. Rendahnya harga komoditas-komoditas energi dan transportasi tersebut tidak terlepas dari perkembangan harga minyak internasional yang berada dalam tren menurun sepanjang tahun 2015.

"Relatif lebih rendahnya inflasi tahun 2015 dari tahun 2014 juga didorong oleh aktivitas perekonomian Jakarta yang juga lebih rendah dari tahun sebelumnya," tuturnya.  

Kondisi ini, lanjut Doni, menyebabkan terbatasnya tekanan inflasi dari sisi permintaan masyarakat. Namun, ia menilai ada upaya dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menjaga kestabilan harga pangan pokok, melalui perbaikan manajemen stok, operasi pasar dan perbaikan infrastruktur untuk memitigasi dampak banjir yang dapat menghambat distribusi bahan pangan.

Namun, Doni melihat dinamika inflasi bulanan Jakarta pada Desember 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi November 2015. Menurutnya, inflasi Desember 0,72 persen (mtm) dipengaruhi oleh berbagai faktor, utamanya kenaikan harga kelompok barang bergejolak (volatile food), seiring dengan meningkatnya permintaan bersamaan dengan terbatasnya pasokan pangan.
Selain itu, tuturnya, kelompok administered prices juga turut berkontribusi, sebagai akibat libur panjang yang bertepatan dengan Hari Natal dan tahun baru 2016 yang meningkatan harga komoditas transportasi, serta kebijakan kenaikan tarif listrik.


Dia menambahkan, kenaikan inflasi bahan pangan di Jakarta terutama dipicu oleh meningkatnya harga-harga pada subkelompok bumbu-bumbuan, serta daging dan hasil-hasilnya. Sementara itu, stok beras Jakarta masih relatif aman, meski saat ini panen beras di sentra produksi sudah mulai berkurang. Dengan harga beras yang relatif stabil dapat menahan laju inflasi kelompok bahan pangan lebih lanjut.

Inflasi 2016

Doni P. Joewono menambahkan inflasi pada tahun ini diprakirakan akan lebih tinggi dari tahun lalu jika memerhatikan pola perkembangan harga-harga komoditas 2015 dan prospek perekonomian domestik yang akan membaik.

Dia menilai dengan aktivitas ekonomi yang meningkat, ada kecenderungan akan diikuti oleh meningkatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa, yang selanjutnya meningkatkan tekanan inflasi.

Selain itu, tuturnya, berbagai risiko inflasi tetap perlu diwaspadai pada tahun 2016, antara lain adalah tren pergerakan rupiah yang belum stabil yang akan berdampak pada pergerakan inflasi inti serta kenaikan upah minimum provinsi (UMP) Jakarta.

"Kenaikan UMP akan menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa yang memberikan efek langsung pada peningkatan biaya produksi maupun jasa pada tahun 2016. Berlanjutnya musim tanam dan penghujan serta potensi banjir juga perlu diwaspadai karena akan berdampak pada berkurangnya pasokan pangan," katanya. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER