Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini setelah melihat kemungkinan China dan Brazil tumbuh tidak maksimal di 2016.
Dikutip dari kantor berita Antara, Bank Dunia memangkas proyeksi yang dibuat sebelumnya pada Juni 2015 bahwa ekonomi global bisa tumbuh 3,3 persen tahun ini. Dalam rilis terbarunya, petinggi Bank Dunia memperkirakan ekonomi global 2016 hanya tumbuh 2,9 persen atau dipangkas 0,4 persen.
Meski demikian, pertumbuhan ekonomi 2016 dinilai masih lebih cepat dari realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang tercatat 2,4 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pelemahan simultan di sebagian besar negara-negara berkembang utama menjadi kekhawatiran untuk mencapai tujuan pengurangan kemiskinan dan kemakmuran. Karena negara-negara itu telah berkontribusi kuat terhadap pertumbuhan global untuk dekade lalu," bunyi pernyataan Bank Dunia, dikutip Kamis (7/1).
Bank Dunia menyatakan pertumbuhan ekonomi China akan melambat menjadi 6,7 persen tahun ini bergeser dari realisasi 6,9 persen pada 2015. Entitas ekonomi terbesar kedua di dunia diperkirakan tumbuh 0,3 poin lebih rendah dari enam bulan yang lalu dan akan menandai kinerja terlemah sejak 1990.
Sejak pertengahan 2014, China telah mengalami serangan turbulensi keuangan. Bahkan pada Senin (4/7, indeks pasar modal China turun 7 persen.
Tidak hanya memperkirakan pertumbuhan ekonomi China yang bakal tergerus, Bank Dunia mengatakan negara-negara utama lain akan tumbuh lebih seret tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi Brazil disebut turun 3,6 poin menjadi 2,5 persen dan Rusia berkontraksi 1,4 poin menjadi hanya 0,7 persen.
Kedua negara tersebut menurut Bank Dunia masih terpukul oleh penurunan harga komoditas-komoditas seperti minyak dan produk-produk pertanian.
"Ada perbedaan besar dalam kinerja antara negara-negara berkembang. Dibandingkan dengan enam bulan yang lalu, risiko meningkat, terutama yang berhubungan dengan kemungkinan perlambatan di negara-negara berkembang utama," tutur Kaushik Basu, Kepala Ekonom Bank Dunia.
"Kombinasi fiskal dan kebijakan bank sentral dapat membantu dalam mengurangi risiko dan mendukung pertumbuhan," tambahnya.
Suku Bunga The FedTidak hanya disebabkan oleh harga komoditas yang masih rendah, Basu juga menilai kebijakan bank sentral Amerika menaikkan suku bunga pada Desember 2015 diikuti ketegangan geopolitik di Timur Tengah berpengaruh banyak dalam menghambat pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Negara-negara berkembang diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,8 persen tahun ini, 0,4 poin lebih lemah dari perkiraan sebelumnya, kata lembaga 188 negara itu.
Negara-negara berpenghasilan tinggi secara keseluruhan bernasib lebih baik. Perkiraan untuk pertumbuhan produk domestik bruto mereka, ukuran luas produksi barang dan jasa, diturunkan 0,3 poin menjadi 2,1 persen.
Penurunan hanya 0,1 poin dalam PDB dicatat untuk Amerika Serikat, ekonomi terbesar dunia, dan untuk 19 negara zona euro, masing-masing menjadi 2,7 persen dan 1,7 persen.
"Pelambatan simultan dari empat negara berkembang terbesar -- Brazil, Rusia, China dan Afrika Selatan -- menimbulkan risiko efek berantai untuk seluruh ekonomi dunia," ujar Basu.
"Riak global dari pelambatan China diperkirakan menjadi yang terbesar tapi pertumbuhan lemah di Rusia akan menurunkan kegiatan di negara-negara lain di kawasan itu. Ekonomi global akan perlu beradaptasi dengan periode baru pertumbuhan lebih moderat di negara-negara berkembang besar, ditandai dengan harga-harga komoditas yang lebih rendah dan berkurangnya arus perdagangan dan modal," jelasnya.
(gen)