Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Dunia masih bertahan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 4,7 persen pada kuartal kedua di 2015. Pelemahan perdagangan global, rendahnya harga komoditas serta melambatnya pertumbuhan investasi maupun konsumsi domestik hingga El Nino dinilai menjadi tantangan.
Dalam laporan kuartalan yang dibuatnya, Indonesia Economic Quarterly (IEQ) yang berjudul 'Di Tengah Volatilitas Dunia', Bank Dunia menjelaskan saat ini perekonomian Indonesia harus menghadapi volatilitas dunia yang mempersulit pertumbuhan.
Kendati demikian Bank Dunia tetap memuji upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitas belanja melalui pemberian stimulus seperti paket kebijakan. Stimulus ini diharapkan mampu membantu Indonesia mengarungi tahun depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia menghadapi kendala sama dengan negara tetangga, akibat upaya China menuju keseimbangan ekonominya dan persiapan normalisasi kebijakan suku bunga The Fed. Tapi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap lebih baik dibandingkan dengan negara pengekspor komoditas lainnya," ujar Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves di Jakarta, Kamis (22/10).
Ia mencontohkan penyerapan anggaran belanja yang melonjak di kuartal III diperkirakan mencapai 21,4 persen dalam kondisi riil selama sembilan bulan pertama 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Belanja tersebut diperkirakan dapat menunjang pertumbuhan. Selain itu upaya pemerintah untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan proyek diharapkan dapat memperbaiki tingkat pertumbuhan investasi yang kini 3,2 persen di kuartal kedua," kata Chaves.
Dalam laporannya, Bank Dunia juga menjelaskan fenomena El Nino berpotensi meningkatkan harga beras hingga 10 persen untuk tahun ini dan inflasi Indeks Harga Konsumen bisa mencapai setidaknya 0,3 hingga 0,6 persen.
"Rumah tangga miskin menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk makanan dan akan merasa dampak yang lebih besar dari naiknya harga bahan pokok," ujarnya.
Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop mengatakan perlu ada reformasi regulasi untuk mengatasi birokrasi guna meningkatkan investasi dan ekspor.
"Perhatian juga dapat diberikan ke sektor manufaktur dan pariwisata yang selama ini kurang banyak digali hal ini dapat menungkatkan pendapatan dan mencegah defisit transaksi berjalan kembali meningkat begitu pertumbuhan menguat," kata Diop.
Laporan IEQ ini juga membahas program jaminan kesehatan nasional yang diluncurkan pada Januari tahun 2014 dan berbagai tantangan keuangan dan ekonomi.
(gir/gir)