Harga Minyak Tergelincir, Pemain Saham Diminta Waspada

Irene Inriana | CNN Indonesia
Rabu, 13 Jan 2016 15:30 WIB
Pola pikir investor harus diubah menjadi bagaimana mengamankan modal yang sudah dikeluarkan ketimbang menghitung rasio keuntungan yang mustahil.
Pola pikir investor harus diubah menjadi bagaimana mengamankan modal yang sudah dikeluarkan ketimbang menghitung rasio keuntungan yang mustahil. (REUTERS/Lucas Jackson)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia sampai hari ini masih betah bertengger di posisi rendah, yaitu US$30,72 per barel untuk minyak West Texas Intermediate (WTI) dan US$31,02 per barel untuk minyak Brent.

Sejumlah analis pun meramalkan tragedi harga minyak terendah sepanjang sejarah sampai menyentuh US$10 per barel sangat mungkin terjadi tahun ini akibat berlimpahnya pasokan di saat permintaan berkurang.

Menyikapi hasil riset beraura negatif yang merebak tersebut, The Royal Bank of Scotland (RBS) menyatakan rendahnya harga minyak akan memberikan imbas yang fatal bagi pasar saham di tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Jual semua (saham) kecuali obligasi berkualitas,” kata Andrew Roberts, Kepala Kredit RBS seperti yang dikutip dari CNN Money, Rabu (13/1).

Roberts mengatakan ini merupakan peringatan yang serius dari RBS terhadap para investor pasar saham. Selain terkaparnya harga minyak, tahun ini diyakininya masih akan dihiasi dengan kondisi volatilitas ekonomi China, menyusutnya aktivitas perdagangan dunia, meningkatnya utang, kredit korporasi lemah, serta deflasi.

"Kami pikir investor harus takut," katanya.

Morgan Stanley memperingatkan bahwa minyak bisa menyentuh US$20 per barel minggu ini. RBS mengatakan jika harga minyak jatuh di bawah US$30, maka diperkirakan untuk waktu yang cukup lama harga komoditas tersebut bisa bertengger cukup lama di level US$ 16 per barel.

Roberts menuturkan dalam resesi global yang terjadi saat ini, pola pikir investor harus diubah menjadi bagaimana mengamankan modal yang sudah dikeluarkan ketimbang menghitung rasio keuntungan.

RBS membandingkan mood pasar saat ini dengan kondisi 2008 sebelum runtuhnya Lehman Brothers yang menjadi awal dari krisis keuangan global. Ia mengatakan saat ini yang menjadi harapan adalah geliat pasar saham di negara berkembang yang disebutnya dapat menyelamatkan dunia dari kekacauan keuangan global. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER