Jakarta, CNN Indonesia -- Investor yang berlumuran darah dalam pelemahan pasar saham di awal tahun 2016 akan sulit untuk menemukan sentimen positif dalam minggu ini.
Seperti dikutip dari
Reuters, beragam hambatan menghadang laju pasar saham. Mulai dari meredupnya prospek untuk awal yang kuat bagi laba perusahaan, dan kekhawatiran tentang pertumbuhan yang lambat di China, bahkan reli harga saham yang dinilai tidak bertahan di luar hari atau tiga.
"Ini adalah tsunami psikologi negatif yang didorong oleh China. Tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali langkah mundur, berjongkok dan menunggu hal buruk keluar," kata Phil Orlando, kepala strategi pasar ekuitas Federated Investors di New York, dikutip Senin (11/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indeks S&P 500 mengalami pembukaan terburuk dalam lima hari untuk satu tahun sejak tahun 1929. Sementara indeks Dow Jones mencatatkan awal terburuk secara tahunan sejak tahun 1897.
Beberapa analis telah memangkas target pendapatan mereka. Deutsche Bank menurunkan perkiraan kuartal keempat dan mengakui bahwa lembaga tersbeut tidak yakin berapa banyak penurunan perkiraan 2016 yang disebabkan kemerosotan lanjutan harga minyak.
Gambaran teknis untuk harga saham juga telah memburuk dengan penurunan minggu ini. Level support sebelumnya 1.950 sekarang bertindak sebagai resistance. Sementara level terendah pada Agustus 2014, sekitar 1.870, dilihat oleh pelaku pasar sebagai level support berikutnya, membuat indeks lebih rentan terhadap pelemahan lanjutan.
Jeff Saut, kepala strategi investasi di Raymond James Financial di St. Petersburg, Florida menyatakan harga saham bisa saja siap untuk reli cepat, tetapi tidak akan tahan lama karena banyak saham yang saat ini terlalu banyak dijual (
oversold).
"Kami bersiap
rebound di sini. Pertanyaannya adalah, apakah ini hanya akan menjadi reli penaikan 1 sampai 3 hari saja sebelum mulai kembali turun lagi?"
Musim laporan laba perusahaan akan dimulai minggu ini dengan laporan perusahaan Alcoa (AA.N) yang melaporkan hasil kuartalan setelah penutupan pada hari Senin (11/1) dan beberapa bank besar melaporkan pada akhir pekan ini.
Sayang prospek yang ada tidak ada cerah. Data
Thomson Reuters menunjukkan laba bersih untuk kuartal keempat diperkirakan turun sebesar 4,2 persen, melemah dari penurunan 3,7 persen yang diperkirakan pekan lalu dan pertumbuhan 1,1 persen yang diperkirakan pada 1 Oktober.
"Ada kehati-hatian tentang musim laporan laba. Setelah investor melihat beberapa laporan pertama musim ini, mereka akan mulai merasa lebih nyaman, atau tidak," kata Ken Polcari, Direktur O'Neil Securities di New York.
(gir)