Jakarta, CNN Indonesia -- Pasar saham Asia kembali amblas dalam pembukaan perdagangan hari ini setelah Wall Street AS mengalami awal minggu terburuk dalam sejarah karena keraguan atas kompetensi ekonomi China membuat investor berpaling ke pelukan
safe haven, yaitu mata uang yen dan obligasi pemerintah.
Seperti dikutip dari
Reuters, pada Senin (11/1), indeks Nikkei 225 Jepang terpantau anjlok 1,15 persen ke level 17.562 pada pembukaan, dari 17.767 di penutupan terakhir. Indeks Hang Seng amblas 2,23 persen ke level 19.997 dari penutupan sebelumnya di angka 20.453. Sementara, indeks Shanghai turun 1,71 ke level 3.131.
Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terseret pelamahan di regional Asia tersebut. IHSG terpantau melemah 0,67 persen ke angka 4.515 saat pembukaan, dari 4.546 di penutupan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak adanya perdagangan saham di Tokyo karena liburan membuat likuiditas semakin sulit didapat dan meningkatkan volatilitas. Pasar mata uang juga mengalami beberapa fluktuasi liar dimana mata uang Afrika Selatan, rand, runtuh ke rekor terendah pada satu titik sebelum kembali menanjak.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang tercatat tenggelam 2 persen dalam pembukaan, sama seperti yang dialami indeks utama Australia. Sementara E-mini berjangka untuk S&P 500 ESc1 turun 0,7 persen dalam sebuah langkah yang cukup besar untuk waktu Asia.
Sementara itu, harga komoditas tetap di area pelemahan setelah harga minyak mentah Brent LCOc1 melemah 74 sen menjadi US$32,81 per barel. Sementara minyak mentah AS CLc1 turun 71 sen menjadi US$32,45 per barel.
Saat ini, China menjadi pusat kegelisahan setelah bank sentral Negeri Tirai Bambu tersebut membuat bingung analis dengan mendorong yuan menguat tajam. Langkah itu dinilai mungkin menenangkan kekhawatiran tentang devaluasi yang kompetitif, tetapi juga menambah kebingungan pasar terkait maksud utama Pemerintah China.
Sementara, investor ekuitas tampak kurang teryakinkan dengan Shanghai Composite Index SSEC dan indeks CSI300. Indeks CSI300 jatuh sekitar 1 persen pada awal perdagangan dengan pergerakan yang tidak menentu.
Kepala Riset First Asia Capital, David Sutyanto mengatakan tekanan pasar sepekan kemarin terutama dipicu peningkatan kekhawatiran memburuknya perekonomian China menyusul langkah bank sentral China yang terus melemahkan mata uang Yuan dan tren pelemahan harga minyak yang terus berlangsung hingga anjlok 11 persen sepekan kemarin di US$32,87 per barrel.
Menurutnya, pemodal asing cenderung menghindari aset berisiko seiring meningkatnya risiko pasar saham global yang dipicu faktor China. Sepekan kemarin, lanjut David, penjualan bersih asing di pasar saham Indonesia mencapai Rp616 miliar.
“Dengan kondisi pasar eksternal yang kurang kondusif penguatan lanjutan IHSG rawan tertahan aksi ambil untung. IHSG diperkirakan bergerak bervariasi di kisaran 4.990 hingga 4.580 cenderung koreksi,” jelasnya.
(gir)