Jakarta, CNN Indonesia -- Meski kesepakatan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) untuk sektor perbankan baru dimulai 2020, perbankan nasional diimbau untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya termasuk dari segi permodalan.
Jika tidak, perbankan nasional akan bersaing ketat dengan bank-bank Asean yang memiliki sumber pendanaan lebih kuat.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Irwan Lubis mengatakan perbankan nasional masih memiliki tantangan berat yakni berupa tingginya suku bunga kredit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya suku bunga kredit di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi dibandingkan dengan negara lain di Asean. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menyebut suku bunga kredit rata-rata perbankan nasional berada di kisaran 12 persen, sedangkan Thailand rata-rata 6,5 persen, Filipina 5,5 persen, Singapura 5 persen dan Malaysia 4,5 persen. Hal tersebut membuat pengusaha nasional lebih memilih mencari pendanaan dari luar negeri.
"Suku bunga kredit kita dua kali lebih besar, apalagi suku bunga mikro," ucap Irwan di Jakarta, Rabu (13/1).
Selama satu dasawarsa, lanjut Irwan, struktur pendanaan bank nasional didominasi dana materai. Sementara deposito masih tetap mendominasi 60 persen dari struktur pendanaan perbankan.
Dari deposito 60 persen tersebut diketahui total nilainya mencapai Rp2.700 triliun dan 64 persen penyebarannya dipegang oleh kurang lebih hanya 50 ribu rekening.
"Deposito tidak merata. Ini menyebabkan pendanaannya mengalami tekanan cukup kuat. Jadi struktur pendanaan harus diperbaiki," jelas Irwan.
Dari sisi aset, perbankan nasional masih mencatatkan kinerja baik dengan pertumbuhan 2,23 persen dan tingkat efisiensi 81,62 persen. Bank-bank Indonesia, diakui Irwan, masih mampu menjaga ketahanan dengan baik meski pertumbuhannya moderat karena terjadi pelemahan kondisi ekonomi eksternal maupun internal.
"Dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 90 persen, ini ada sesuatu yang harus direspons dengan kondisi yang tepat. Kalau tidak bisa menjamin pendanaan dengan baik jangan harap pertumbuhan kredit bisa tinggi. Di 2015 saja targetnya mau tumbuh 16 persen, tapi 13 persen saja tidak tercapai," katanya.
(gen)