Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank DBS Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit 12 persen pada tahun depan, meningkat dari perkiraan pertumbuhan tahun ini di level single digit.
Untuk itu, perseroan telah menyiapkan strategi baru antara lain dengan meningkatkan penyaluran kredit ke sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Presiden Direktur DBS Indonesia, Paulus Sutisna mengakui pertumbuhan kredit pada tahun ini tidak sesuai dengan harapan. Namun, kondisi itu tak hanya dialami oleh DBS, tetapi juga berlaku secara umum di industri perbankan nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kredit di kita tahun ini sama seperti bank-bank yang lain. Tahun ini kalaupun tumbuh ya single digit saja, pasti lebih rendah dari tahun lalu. Yang jelas di bawah double digit,” jelasnya di Jakarta, Selasa (24/11).
Ia menyatakan, untuk tahun depan pihaknya menargetkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari prediksi realisasi tahun ini. Paulus mengaku pihaknya melihat adanya perbaikan kondisi ekonomi, dan berencana menerapkan strategi baru kendati masih berhati-hati.
“Tahun depan kita optimistis, tapi masih cautius, kita bakal tumbuh low double digit sekitar 12 persen. Kami berencana ekspansif untuk kredit di sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Kami masih konsolidasi, kamu persiapkan sistem dan sebagainya,” jelasnya.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2015, kredit DBS Indonesia tumbuh sebesar 9,8 persen menjadi Rp 43,42 triliun. Sektor korporasi memberi kontribusi sebesar 45 persen dari total kredit. Sementara sektor UKM memberi kontribusi 45 persen dari keseluruhan portofolio kredit DBS Indonesia. Adapun 10 persen sisanya berasal dari sektor konsumer.
“Visi kita akan meningkatkan UKM. Kami ingin sepertiga dari korporasi, konsumer bank, dan UKM. Nanti akan kita persingkat proses untuk kredit agar bisa jadi advantage dari bank lain,” ungkapnya.
Ia menilai paket kebijakan ekonomi yang digelontorkan pemerintahan Joko Widodo cukup efektif dan bakal terlihat hasil pada tahun depan. Namun, ia mengaku tetap berhati-hati dan lebih selektif dalam menyalurkan kredit.
“Paket ekonomi yang dikeluarkan pemerintah cukup efektif. Untuk kredit korporasi kita tidak bilang ada sektor yang dihindari, tapi lebih cautious. Contohnya kita lihat sektor tambang sedang kurang baik, ya kita kurangi,” jelasnya.
MerugiTerkait kinerja keungan perseroan, Paulus menyatakan DBS yakin mampu mencetak performa positif pada akhir tahun ini. Paulus mengaku kondisi kinerja mulai membaik setelah kuartal II tahun ini.
“Laba akhir tahun saya kira tidak akan negatif, saya pastikan pasti positif atau bisa laba. Tahun ini kuartal kedua paling lemah, tapi pada kuartal ketiga mulai naik lagi,” ucapnya.
Kendati penyaluran kredit tumbuh, tetapi DBS Indonesia pada kuartal III 2015 masih menelan rugi bersih sebesar Rp178,96 miliar atau terkoreksi 148,89 persen dari tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan lonjakan beban operasional selain bunga sebesar 105 persen secara tahunan menjadi Rp 1,6 triliun.
(ags/gen)