Ekonomi Lesu, Jumlah Kredit Bermasalah Perbankan Melaju

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Selasa, 24 Nov 2015 12:46 WIB
Jika sampai akhir 2014 jumlah NPL mencapai Rp 79,39 triliun, sekarang sampai September 2015 saja nilai NPL sudah tembus Rp 107,25 triliun.
Jika sampai akhir 2014 jumlah NPL mencapai Rp 79,39 triliun, sekarang sampai September 2015 saja nilai NPL sudah tembus Rp 107,25 triliun. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perekonomian global dan domestik yang lesu turut berdampak pada kualitas kredit perbankan hingga September 2015. Meskipun nilai pencairan kredit bertambah, namun prestasi tersebut dibarengi dengan peningkatan jumlah kredit bermasalah.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia periode September 2015 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga akhir September 2015 pertumbuhan kredit tercatat sebesar 11,1 persen (year on year/yoy) dengan outstanding penyaluran kredit mencapai Rp 3.956,48 triliun. Jika dibandingkan posisi akhir tahun lalu (year to date/ytd), kredit tersebut tumbuh 7,68 persen.

Tak hanya penyaluran kredit yang meningkat, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan nasional juga tumbuh 11,72 persen (yoy) menjadi Rp 4.464,08 triliun. Sementara margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank umum meningkat dari 4,21 persen pada September 2014 menjadi 5,32 persen pada September 2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya bank-bank di Indonesia tidak bisa menikmati pendapatan bunga dari tingginya penyaluran kredit tersebut. Meskipun pendapatan bunga bank umum tumbuh 15,69 persen (yoy) menjadi Rp 479,01 triliun. Namun sampai September 2015 jumlah laba bersih perbankan mencapai Rp 78,20 triliun, turun 8,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 85,37 triliun.

Penurunan laba bersih tersebut terjadi pada seluruh kelompok bank, karena meningkatnya biaya pencadangan akibat jumlah kredit macet atau kredit bermasalah bertambah (non performing loan/NPL).

Jika sampai akhir 2014 jumlah NPL mencapai Rp 79,39 triliun, sekarang sampai September 2015 saja nilai NPL sudah tembus Rp 107,25 triliun. Rasio NPL pun meningkat dari 2,16 persen pada Desember 2014 menjadi 2,7 persen pada September 2015.

Penurunan kualitas kredit tersebut membuat bank-bank umum harus menambah biaya pencadangan penurunan kualitas kredit sebesar Rp 142 triliun per September 2015, naik lebih dari dua kali lipat dari biaya pencadangan pada Desember 2014 yang sebesar Rp 68 triliun.

Laba Tergerus

Berdasarkan kelompok bank, seluruh kelompok bank hingga September 2015 mencatatkan penurunan laba dibandingkan periode sama tahun lalu. Penurunan terbesar dialami oleh kelompok bank campuran yang mencatatkan penurunan laba pada September 2015 sebesar 60,69 persen (yoy) menjadi Rp 1,21 triliun dari sebelumnya Rp 3,09 triliun.

Sementara itu laba bank asing turun 17,57 persen (yoy) menjadi Rp 5,42 triliun, laba bank umum swasta nasional (BUSN) devisa turun 11,85 persen (yoy) menjadi Rp 22,73 triliun, dan laba BUSN nondevisa turun 6,28 persen menjadi Rp 1,68 triliun. 

Sedangkan laba bank pelat merah atau milik BUMN turun 1,36 persen  (yoy) menjadi Rp 39,76 triliun, dan laba bank pembangunan daerah (BPD) turun 5,38 persen (yoy) menjadi Rp 7,4 triliun. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER