Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina Hulu Energi mengalokasikan dana sebesar US$565 juta setara Rp7,12 triliun dalam work plan and budget (WP&B) anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) tahun ini. Dana tersebut dialokasikan untuk belanja modal (
capital expenditure/capex) sebesar US$168 juta dan biaya operasi (
operational expenditure/opex) senilai US$397 juta.
Irwansyah, General Manager PHE ONWJ menyebut investasi tersebut akan digunakan perusahaannya untuk memproduksi minyak sebanyak 37.300 barel per hari (bph) dan gas sebanyak 163 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Ia merinci, capex tahun ini telah disiapkan untuk melakukan pemboran tiga sumur dengan estimasi biaya US$35 juta, workover 11 sumur senilai US$30 juta, mengganti produk pipeline US$63 juta, dan peningkatan fasilitas di lima stasiun senilai US$33 juta.
“Sementara opex tentu saja untuk mendanai biaya produksi. Sumber dana seluruhnya dari induk usaha kami PHE,” kata Irwansyah, Rabu (13/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan meski biaya investasi yang disiapkan tergolong besar, namun target produksi tahun ini turun dibandingkan pencapaian tahun lalu. Pada 2015, produksi minyak PHE ONWJ mencapai 40.031 bph dari target dalam WP&B sebesar 40 ribu bph. Sedangkan realisasi produksi gas mencapai 178,4 MMSCFD dari target dalam WP&B sebesar 175 MMSCFD.
“Target produksi minyak tahun ini turun terutama karena decline produksi, dan banyaknya rencana kerja sumur yang tidak ekonomis dilaksanakan, terkait dengan penurunan harga minyak. Sementara target produksi gas turun juga akibat decline produksi,” ujar dia.
Ia menyebutkan, tahun ini PHE ONWJ tidak memiliki rencana pemboran sumur minyak baru karena proyek yang tidak ekonomis akibat harga minyak yang rendah. Untuk menahan penurunan produksi, menurut Irwansyah, PHE ONWJ merencanakan pekerjaan workover 11 sumur, dan 220 pekerjaan well service.
“Tiga sumur yang akan dibor tahun ini adalah LESA-5, YA-4, KLB-18. Sedangkan gas diproduksikan dari lapangan APN, KL, GG, Echo, Bravo, Lima, Uniform,” ujarnya.
Pasokan gas dari PHE ONWJ selama ini dialirkan ke beberapa konsumen, yaitu ke PT PLN (Persero) sebanyak 90 MMSCFD, PT Pupuk Kujang, Cikampek Karawang sebesar 50 MMSCFD, dan Pertamina Refinery Unit VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat sebanyak 20 MMSCFD.
Hitungan BisnisKomaidi Notonegoro, Pengamat Energi dari ReforMiner Institute mengatakan penurunan target produksi PHE ONWJ itu masuk akal karena produktivitas lapangan yang sudah turun. Bisa juga karena pertimbangan bisnis karena harga minyak mentah yang terus turun.
“Untuk apa produksi minyak banyak-banyak di saat harga minyak saat ini sedang turun. Lebih baik menahan produksi sambil menunggu harga minyak naik,” katanya.
Terkait harga minyak yang terus turun dan menembus di bawah US$30 per barel, Irwan mengatakan perseroan berupaya menekan biaya operasional dengan melaksanakan efisiensi di semua sektor. Upaya yang telah dan akan terus dilakukan oleh perseroan adalah dengan optimalisasi jumlah peralatan yang digunakan, negosiasi ulang kontrak dan kontrak pengadaan barang atau jasa yang sedang berjalan.
“Misalnya, optimalisasi jumlah kapal yang digunakan, negosiasi tarif sewa alat pengeboran (rig), negosiasi tarif sewa kapal, barge, dll,” katanya.