Pengembang Properti Desak Perbankan Turunkan Bunga Kredit

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 19 Jan 2016 09:29 WIB
Penurunan bunga kredit dimaksudkan untuk menggenjot pengadaan properti dan angka penjualan tahun ini yang ditargetkan tumbuh 10-12 persen.
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan apartemen di kawasan Pluit, Jakarta Utara, Kamis, 7 Januari 2016. Meskipun pemerintah melonggarkan uang muka apartemen melalui penurunan rasio Loan to Value (LTV), hal ini justru tidak akan memengaruhi penjualan properti di sektor apartemen. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --
Real Estate Indonesia (REI) mendesak insititusi perbankan menurunkan bunga pinjaman usaha properti menyusul penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin pekan lalu.

Ketua Umum Dewan Perwakilan Pusat (DPP) REI Eddy Hussy berpandangan, untuk sektor usaha yang bersifat jangka panjang dan memerlukan banyak biaya seperti properti diperlukan adanya fasilitas kredit berbunga ringan guna membantu biaya pengembangan properti.

"Saat ini bunga pinjaman masih sangat tinggi sehingga menjadi high cost bagi pengembang untuk membangun properti. Kalau bisa turun saja, itu akan lebih baik lagi," ujar Eddy di Jakarta, Senin (18/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, Eddy menambahkan dengan pengenaan bunga usaha yang rendah dinilai akan menjadi insentif yang positif bagi pengembang dalam merealisasikan proyek satu juta rumah yang dicanangkan pemerintah Joko Widodo.


Bahkan, ia berharap perbankan mau memberikan kredit dengan bunga khusus bagi pengembang yang sudah teruji menangani program pemerintah tersebut.

"Nanti pengembang itu akan direkomendasikan langsung oleh REI untuk dapat bunga khusus dari perbankan. Dengan adanya hal ini kami harap program satu juta rumah akan terjamin keberlangsungannya," tambahnya.
Tak hanya bunga pinjaman untuk pembiayaan konstruksi, REI juga berharap perbankan mau menurunkan bunga pinjaman untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) demi membantu daya beli masyarakat.

Dengan jangka waktu pinjaman yang panjang, bunga kredit yang tinggi dianggapnya sangat membebani konsumen.

"Pembayaran cicilan perumahan itu sangat lama, bisa sampai lima tahun lebih. Kalau bunganya tinggi ya berat juga bagi konsumen," ujarnya.
Kejar Target

Sebagai informasi, REI menargetkan pertumbuhan penjualan properti sebesar 10 hingga 12 persen, atau lebih besar dibanding realisasi tahun sebelumnya sebesar 7 hingga 8 persen.

Jika institusi perbankan mau menurunkan suku bunga pinjaman, Eddy pun meyakini target pertumbuhan penjualan properti secara umum tahun ini dapat tercapai.
"Apalagi kami berharap pertumbuhan tahun ini bisa didorong oleh nilai penjualan properti, bukan dari jumlah unit terjual seperti tahun 2015," tutur Eddy.
Menurut Data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) pada bulan Oktober, rata-rata bunga pinjaman untuk pengusahaan Real Estat tercatat di angka 12,47 persen. Sedangkan rata-rata bunga pinjaman KPA dan KPR masing-masing tercatat di angka 11,56 persen dan 11,27 persen.
Pada pekan lalu, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan BI Rate dari 7,50 persen ke angka 7,25 persen setelah melihat inflasi tahun lalu sebesar 3,35 persen, atau berada di dalam target 4 plus minus 1 persen.

Kendati demikian, BI tetap menjaga suku bunga lending dan deposit facility masing-masing di angka 5,5 persen dan 8 persen.
(dim/dim)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER