Jakarta, CNN Indonesia -- PT Freeport Indonesia berjanji akan memulai pembangunan fasilitas pemurnian mineral (smelter) di Gresik, Jawa Timur pada Juli 2016 meski kontrak
Engineering, Procurement, and Construction (EPC) sudah diteken akhir tahun lalu.
"Semoga akhir Juli tahun ini smelter sudah bisa
ground breaking," jelas Vice President Legal PT Freeport Indonesia, Clementino Lamuri di hadapan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (20/1).
Clementino mengatakan, Freeport telah setengah jalan melakukan reklamasi dari rencana 20 hektar lahan yang dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sisa reklamasi akan kami lakukan segera. Karena enam bulan lalu kami baru melakukan
engineering design, dan kami juga telah mengajukan izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)," jelasnya.
Kendati demikian, ia tak mengatakan secara lebih detil terkait persentase realisasi smelter hingga akhir tahun 2015. Ia hanya menyebut, realisasi penyerapan anggaran smelter telah mencapai 11,5 persen hingga Juli 2015.
"Untuk data terbaru nanti akan kami tindaklanjuti," katanya.
Sebagai informasi, kewajiban membangun smelter merupakan implementasi turunan dari UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Dalam beleid tersebut, pemerintah melarang adanya kegiatan ekspor untuk beberapa komoditas termasuk konsentrat tembaga, emas dan perak yang diproduksi Freeport.
Namun, Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 tahun 2014 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Rekomendasi Pelaksanaan Penjualan Mineral ke Luar Negeri Hasil Pengolahan dan Pemurnian, Freeport masih diperbolehkan mengekspor konsentrat dengan memenuhi sejumlah prasyarat.
Pada bulan Juli lalu, Freeport menyatakan telah menunjukan kemajuan proyek yang diproyeksikan menelan investasi hingga US$ 2,3 miliar. Di mana kemajuan yang dimaksud meliputi persiapan perizinan mengenai Amdal senilai US$ 1,5 juta, serta tahapan awal
basic engineering senilai US$ 9 juta.
Selain itu, perusahaan yang memiliki kegiatan pertambangan emas dan tembaga di Papua itu juga mengklaim telah menyetorkan uang jaminan kesungguhan proyek senilai US$ 115 juta, serta sebesar US$ 128 ribu dalam hal penyewaan lahan seluas 80 hektare milik PT Petrokimia Gresik (Persero).
(ags/gen)