Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berharap pembangunan kereta cepat rute Jakarta Bandung meningkatkan nilai realisasi investasi China. Apabila berjalan sesuai rencana, maka proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan menjadi realisasi investasi pemodal China yang terbesar di Indonesia pada tahun ini.
Kepala BKPM, Franky Sibarani mengatakan, peningkatan investasi ini kemungkinan akan terlihat pada kuartal II seiring dengan masuknya Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) untuk kegiatan investasi kuartal sebelumnya.
"Kereta cepat adalah salah satu kontributor realisasi investasi terbesar di tahun ini. Kami harapkan hasil realisasinya bisa terlihat pada triwulan mendatang," jelas Franky di Jakarta, Kamis (21/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping itu, Franky juga berharap realisasi investasi China dapat lebih besar lagi jika rencana investasi lain seperti produksi gerbong kereta api segera dijalankan.
Tak hanya itu, lanjutnya, investasi sektor pendukung seperti pembuatan sarana perkeretaapian (rolling stock), perakitan, serta besi dan baja untuk bahan baku gerbong juga diharapkan ikut meningkat karena adanya proyek kereta cepat ini.
"Adanya investasi kereta cepat ini bisa menumbuhkan investasi sektor pendukung lainnya. Kami rasa pertumbuhan investasi China selama ini meningkat terus, tapi kami juga terus melihat seluruh investasi China lainnya agar penanaman modalnya bisa lebih berkualitas," tuturnya.
Sebagai informasi, proyek kereta cepat Jakarta - Bandung memiliki nilai investasi US$5,5 miliar yang dikerjakan oleh konsorsium antara China Railway International Co. Ltd dengan gabungan empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Proyek ini direncanakan beroperasi pada tahun 2019.
Namun, BKPM tak serta merta melihat proyek kereta cepat sebagai satu-satunya pendongkrak realisasi investasi asal China di tahun ini. Deputi bidang Pengendalian Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis mengatakan kalau China memiliki potensi realisasi investasi di sektor lain seperti pabrik pemurnian mineral (smelter) dan juga semen di tahun 2016.
"Mereka punya proyek di Sulawesi dan juga smelter grade alumina di Kalimantan Barat. Itu pembangunannya sedang berjalan dan semoga bisa membantu angka realisasi investasi China di tahun ini," tutur Azhar di lokasi yang sama.
Menurut data BKPM, pertumbuhan realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) asal China, termasuk Hongkong, di tahun 2015 meningkat 7,58 persen. Tercatat, realisasi investasi asal China pada tahun lalu tercatat sebesar US$ 1,56 miliar dari capaian sebelumnya US$ 1,45 miliar.
Selain itu, minat investasi asal negara tirai bambu itu tercatat sebesar US$ 22,2 miliar pada periode yang sama. Angka itu mengambil porsi 22,97 persen dari seluruh minat PMA yang masuk sebesar US$ 96,64 miliar.
Kendati demikian, China dikenal sebagai negara yang memiliki rasio realisasi investasi terendah dibandingkan negara Asia lainnya. Sepanjang tahun 2005 hingga 2014, rasio realisasi investasi asal China tercatat hanya tujuh persen, dengan realisasi investasi sebesar US$ 1,80 miliar dari minat investasi senilai US$ 24,27 miliar.
Hal ini berbeda dengan negara Asia lain seperti Jepang dan Korea Selatan dengan rasio realisasi investasi masing-masing sebesar 62 persen dan 65 persen pada periode yang sama.
(ags)