PDB Indonesia Menguap 0,2% Tiap Kali Ekonomi China Turun 1%

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Rabu, 27 Jan 2016 13:30 WIB
Perlambatan ekonomi China, depresiasi kurs dan anjloknya harga komoditas menjadi salah satu permasalahan ekonomi Indonesia tahun ini.
Country Director ADB Indonesia Steven R. Tabor di Jakarta. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan pelemahan ekonomi China perlu diwaspadai secara serius oleh Pemerintah Indonesia karena memiliki imbas yang cukup besar.

Direktur ADB untuk Indonesia Steven Tabor mengatakan dalam paparannya bahwa kondisi ekonomi global saat ini menantang. Perlambatan ekonomi China, depresiasi kurs dan anjloknya harga komoditas menjadi salah satu permasalahan.

“Setiap 1 persen pelemahan ekonomi di China, akan menurunkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 0,2 persen,” ujarnya di Jakarta, Rabu (27/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menambahkan, selain hal tersebut terdapat tantangan lainnya yaitu pembalikan arus modal, penaikan suku bunga Amerika, dan aksi jual di pasar modal. Lebih lanjut, ia juga menyoroti masalah di berbagai belahan dunia seperti pengungsi di Eropa, perseteruan Arab Saudi-Iran dan agenda Pemilu Amerika.

Hal tersebut, menurutnya juga menjadi salah satu alasan ADB merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level 5,1-5,3 persen. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelumnya diprediksi mencapai 5,4 persen.

Tabor mengatakan ADB mengharapkan reformasi struktural bisa segera dilakukan pemerintah, di antaranya dengan merevisi Daftar Negatif Investasi (DNI), penyederhanaan undang-undang pajak yang progresif, percepatan izin bisnis, revaluasi aset, serta reformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Selain itu reformasi anggaran untuk pendidikan yang berkualitas, reformasi untuk menjaga akuntabilitas pemerintah daerah,” ujarnya.

Tabor menambahkan untuk mendorong perubahan struktural, pemerintah Indonesia sebaiknya fokus ke pendapatan pedesaan dan kota-kota layak huni daripada mengutamakan kebijakan kecukupan pangan.

Menurutnya, pasar global bakal bertambah fuktuatif dan rentan. Ia menyatakan pertumbuhan diprediksi akan terlihat pada 2016 yang didukung meingkatnya tingkat konsumsi dan investasi seiring menurunnya inflasi.

“Namun perbaikan tersebut tetap akan menghadapi berbagai tantangan,” jelasnya.

Ia menilai perlu adanya kelanjutan dorongan reformasi dan tingkat kompetisi untuk mengakselerasi ekonomi dan menanggulangi penurunan populasi penduduk usia kerja.

“Hal itu akan mendorong produktifitas pekerja dan memperbaiki situasi ekonomi sehingga pemodal dan pekerja dapat mengalokasikan kemampuan terbaik mereka,” ujarnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER