Kembali Melemah, Harga Minyak Mendekati US$25 per Barel

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Kamis, 11 Feb 2016 09:27 WIB
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$27,45 per barel pada hari Rabu.
ilustras
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat menilai harga minyak mentah dunia semakin mendekati US$25 per barel atau bahkan bisa lebih rendah karena secara teknis memperoleh lebih banyak tekanan di pasar yang disebabkan kelebihan pasokan.

Seperti dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$27,45 per barel pada hari Rabu, sedikit lebih tinggi US$1 di atas posisi terendah dalam 12 tahun yang dicapai bulan lalu. Sementara minyak Brent berada di US$30,84 per barel, US$ 3 di atas level rendah 12 tahun dari US$27,10 pada 20 Januari

Matthew Sferro, analis teknis di Informa Global Markets New York, mengatakan jika WTI turun lagi, kemungkinan akan menguji level rendah September 2003 di angka US$26,65 sebelum level support US$25,04 dicapai pada bulan April 2003.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berdasarkan gerakan tipikal, saya mengatakan dalam beberapa minggu akan ada sikap konservatif terkait hal ini. Namun hal itu juga terjadi dalam beberapa hari, tergantung pada seberapa cepat hal-hal diakselerasi," jelasnya.

Setelah melonjak US$5 sampai US$7 per barel dari posisi terendah dalam 12 tahun yang dicapai bulan lalu, harga minyak telah jatuh selama seminggu terakhir setelah pembicaraan tentang pengurangan produksi oleh para produsen terbesar gagal.

Data juga menunjukkan OPEC memompa lebih banyak minyak untuk menebus pelemahan produksi di beberapa negara pengeboran minyak karena harga tidak ekonomis.

Para analis mengatakan WTI berada di posisi yang lebih lemah untuk Brent, setelah rekor stok tinggi di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman minyak mentah berjangka AS.

Sferro menilai potensi untuk Brent turun ke pertengahan level US$ 20, harus melewati level intraday rendah pada 26 Januari di angka US$29,27, dan level dasar di US$27,10 pada 20 Januari.

Dari sana, target berikutnya untuk Brent bisa mencapai US$24,36 berdasarkan pada 100 persen tingkat ekstensi Fibonacci, yang trcapai setelah dikurangi perbedaan antara level itraday tinggi pada 4 Januari di angka US$38,99 dan level rendah 20 Januari US$38,99, dan menjauh dari level puncak 21 Februari 2004 di angka US$36,25.

Fawad Razaqzada, analis teknis untuk forex.com di London, mengatakan jika WTI tidak rebound, maka akan perlu untuk memecahkan level resisten di US$ 29,35 untuk menarik pembeli potensial.

"Jeda yang menentukan di bawah US$27,50 bisa membuka jalan untuk bergerak menuju level psikologis berikutnya di US$25." (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER