Harga Minyak Mentah Kembali Amblas

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Rabu, 10 Feb 2016 08:15 WIB
Harga minyak Brent turun US$2,56, atau 7,8 persen, ke level US$30,32 per barel, penurunan terbesar dalam satu hari untuk Brent sejak 1 September 2015.
Ilus
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah turun untuk sesi keempat pada hari Selasa dan terhuyung mendekati level terendah salam 12,5 tahun yang dicapai bulan lalu, setelah perkiraan melemahnya permintaan dari pemerintah AS, sementara ekuitas yang lemah juga menekan harga.

"Posisi dagang long keluar, sedangkan posisi short melompat kembali dan ada kemungkinan banyak aksi lindung nilai oleh produsen untuk menjual minyak pada harga berapapun yang mereka bisa," kata Scott Shelton, broker dan spesialis komoditas ICAP di Durham, North Carolina.

"Hal ini sangat sulit bagi siapa pun untuk menjadi positif pada pasar ini dengan jenis data yang telah keluar," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga minyak Brent turun US$2,56, atau 7,8 persen, ke level US$30,32 per barel. Hal ini adalah penurunan terbesar dalam satu hari untuk Brent sejak 1 September 2015.

Minyak mentah AS telah melemah US$1,75, atau 5,9 persen, menjadi berakhir pada US$27,94. Harga minyak bahkan sempat jatuh ke US$26,19 pada pekan lalu, terendah sejak Mei 2003.

Adapun harga bahan bakar minyak AS turun 6 persen, sementara minyak pemanas turun hampir 7 persen.

Harga berada di bawah tekanan sepanjang sesi, tapi mencapai level terendah tengah hari setelah Energy Information Administration (EIA) menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak untuk dua tahun ke depan.

Investor biasanya tidak menonton laporan triwulanan begitu intens, tapi fakta bahwa hal itu memicu aksi jual baru yang tercermin di pasar minyak mentah.

Hal ini terjadi hanya beberapa jam setelah Badan Energi Internasional (IEA) di Paris memperingatkan bahwa dunia akan tetap dibanjiri dengan minyak yang tidak diinginkan pada 2016. Hal itu karena penurunan dalam produksi AS butuh waktu dan OPEC dinilai tidak mungkin untuk membuat kesepakatan dengan produsen lain untuk mengurangi produksi.

"Laporan IEA merupakan pukulan bearish, diikuti oleh laporan EIA, yang menyanyikan himne pelemahan dari lembar yang sama," kata Matt Smith, direktur riset komoditas di penyedia data energi ClipperData.

Kelemahan di pasar ekuitas juga menekan minyak. Indeks S&P 500 di Wall Street .SPX melemah dalam sebagian besar waktu dagang, dan sempat pulih sebelum perdagangan minyak di New York.

Setelah pasar minyak ditutup, American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, melaporkan telah mengumpulkan 2,4 juta barel ke dalam stok minyak mentah AS pada pekan lalu. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER