Jakarta, CNN Indonesia -- Anjloknya harga komoditas dunia diprediksi akan menyurutkan penerimaan negara. Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan negara berpotensi kehilangan Rp90 triliun apabila harga minyak mentah dunia berada di level US$30 per barel.
“Minyak itu kalau harganya US$30 mungkin penerimaannya bisa turun sampai Rp90 triliun," ujar Bambang di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (17/2).
Padahal, di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, pemerintah memasang asumsi harga minyak US$50 per barel. Dengan asumsi US$50 penerimaan dari sektor ditargetkan mencapai Rp120 triliun, meliputi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp78,6 triliun dan pajak penghasilan (PPh) migas Rp41,4 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan jebloknya harga minyak mentah tersebut, maka pemerintah akan merombak asumsi dan target penerimaan dalam APBNP 2016. Tak hanya itu, asumsi lifting migas yang semula 830 ribu barel per hari (bph) juga tak terhindarkan dari koreksi dalam APBNP 2016 mendatang.
"
Lifting sudah kami anggap turun.
Lifting-nya pokoknya sudah kami hitung yang terjelek lah. Pokoknya di bawah," ujarnya.
Sebagai informasi hingga 5 Februari 2016, pemerintah telah mengumpulkan penerimaan negara Rp94,9 triliun atau 5,2 persen dari target yang ditetapkan hingga 5 Februari 2016.
Secara rinci penerimaan negara Rp94,9 triliun berasal dari perpajakan Rp78,8 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp16,1 triliun.
Realisasi ini lebih rendah dari pencapaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp103,3 triliun. Penerimaan pajak yang berhasil dikumpulkan sampai 5 Februari 2015 sebesar Rp90,3 triliun dan PNBP Rp13 triliun.
Lebih jauh, penerimaan perpajakan Rp78,8 triliun bersumber dari Pajak Penghasilan (PPh) Migas sebesar Rp2,8 triliun atau baru 6,8 persen dari target di APBN 2016 sebesar Rp41,4 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibanding realisasi periode yang sama sebelumnya sebesar Rp5 triliun atau 10,1 persen dari proyeksi.
Pajak Non Migas juga merosot dari Rp73,2 triliun menjadi Rp70,5 triliun atau 5,7 persen dari target Rp1.318,7 triliun pada periode Januari-5 Februari 2016.
Sementara penerimaan bea dan cukai, baru terkumpul 2,8 persen atau Rp5,4 triliun dari target Rp186,5 triliun. Terdiri dari penerimaan cukai Rp1,9 triliun atau 1,3 persen, bea masuk Rp3,3 triliun atau 9 persen dan bea keluar Rp200 miliar atau 6,9 persen.
"Memang ada sedikit penurunan, tapi nanti penerimaan pajak dan bea cukai akan menutup di Maret. Penyerahan SPT Pajak, dan pembelian pita cukai dilakukan di Maret," jelas Bambang.
(gen)