Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Harga Minyak Indonesia (THMI) mencatat rata-rata harga jual minyak mentah nasional atau Indonesia
Crude Price (ICP) sepanjang Januari 2016 berada di kisaran US$27,49 per barel, anjlok 22,5 persen dibandingkan ICP Desember 2015 yang berada di posisi US$35,47 per barel. Angka tersebut juga nyaris separuh lebih rendah dibandingkan asumsi harga minyak yang digunakan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 sebesar US$50 per barel.
Sementara untuk minyak jenis Minas (SLC), rerata harga jualnya bulan lalu tercatat hanya US$26,63 per barel, turun 23,05 persen dibandingkan posisi Desember 2015 US$34,61 per barel.
Dikutip dari laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), THMI menjelaskan penurunan harga minyak pada Januari 2016 sejalan dengan anjloknya harga minyak mentah di pasar internasional menyusul banjirnya pasokan. Di mana meningkatnya pasokan sebesar 500 ribu barel per hari (bph) terjadi pasca dicabutnya sanksi ekonomi Iran pada 16 Januari 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak cuma itu, anjloknya ICP Januari juga didasari oleh publikasi OPEC Januari 2016 yang mencatat proyeksi pasokan negara-negara Non-OPEC pada 2015 direvisi meningkat 0,23 juta bph dibandingkan publikasi OPEC Desember 2015.
Selain itu, turunnya harga minyak juga disebabkan oleh perkiraan berkurangnya permintaan minyak mentah China pada kuartal I 2016 sebesar 400 ribu bph dibandingkan kuartal IV 2015. Penyebabnya tidak lain melemahnya indikator ekonomi dan devaluasi mata uang yuan.
Mengacu pada publikasi OPEC Januari 2016, permintaan minyak dunia kuartal I 2016 tercatat menurun 0,6 juta bph dibandingkan kuartal IV 2015. Sedangkan berdasarkan laporan Energy Information Administration (EIA) Januari 2016, terdapat peningkatan stok minyak mentah sebesar 7,5 juta barel, stok distillate sebesar 7,4 juta barel dan stok gasoline sebesar 27,1 juta barel di Amerika pada akhir Januari 2016 dibandingkan stok pada akhir Desember 2015.
Sementara untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah dipengaruhi oleh kembali diaktifkannya reaktor nuklir sebesar 700 Megawatt (MW) milik Korea Selatan yang dioperasikan oleh Korea
Hydro & Nuclear Power dan menurunnya permintaan tenaga listrik di Jepang sebesar 63,60 miliar kWh atau sekitar 6,3 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Selengkapnya perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada Januari 2016 dibandingkan Desember 2015, adalah sebagai berikut:
- WTI (Nymex) turun sebesar US$ 5,55 per barel dari US$ 37,33 per barel menjadi US$ 31,78 per barel.
- Brent (ICE) turun sebesar US$ 6,92 per barel dari US$ 38,90 per barel menjadi US$ 31,98 per barel.
- Basket OPEC turun sebesar US$ 7,49 per barel dari US$ 33,85 per barel menjadi US$ 26,37 per barel.
Sayangnya ditengah anjloknya harga minyak dunia, negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC sama sekali tidak berencana memangkas produksinya untuk mendongkrak harga.
OPEC memprediksi seluruh negara anggotanya bisa memproduksi sebanyak 33,13 juta bph tahun ini, lebih tinggi dibandingkan realisasi produksi 2015 sebesar 31,84 juta bph maupun jumlah produksi 2014 sebanyak 30,77 juta bph.
Sementara Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya diperkirakan bersedia memangkas produksi menjadi 24,2 juta bph dibandingkan produksi 2015 sebesar 24,42 juta bph. Amerika juga bakal memangkas produksinya menjadi 33,93 juta bph dibandingkan realisasi produksi 2015 sebanyak 34,74 juta bph.
(gen)