Jakarta, CNN Indonesia -- Penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) primer dalam rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menjadi 6,5 persen dari sebelumnya 7,5 persen bakal menambah likuiditas sejumlah bank.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin menilai langkah ini tepat untuk mengimbangi penurunan suku bunga acuan BI (BI rate) sebesar 25 basis poin menjadi tujuh persen. Ia memperkirakan likuiditas perseroan akan bertambah Rp4,1 triliun.
“Kalau kita menurunkan bunga tapi enggak menjaga likuditas berarti pressure untuk rebutan dana itu keluar lagi,” kata Budi saat ditemui di Menara Mandiri, Jakarta, Senin (22/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi mengungkapkan meski terdapat penambahan likuditas, tetapi perseroan belum berencana mengubah target penyaluran kredit perseroan. “Tahun ini kredit ditargetkan tumbuh sekitar 12-13 persen,” ujarnya.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) memperkirakan likuditasnya akan bertambah senilai Rp2,7 triliun pasca GWM diturunkan. Angka itu hampir mendekati total penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) BNI tahun lalu sebesar Rp3,4 triliun.
“Nilainya lumayan. Kita menyalurkan KUR saja berapa?” ujar Direktur BNI Rico Rizal Budidarmo saat ditemui di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Sebagai informasi, hasil Rapat Dewan Gubenur (RDG) BI pada Kamis, 18 Februari 2016 lalu, memutuskan BI kembali memangkas GWM primer dalam rupiah sebesar sebesar 1 persen dan akan mulai berlaku efektif pada 16 Maret 2016 mendatang.
BI memperkirakan langkah pelonggaran moneter ini akan menambah likuiditas perbankan nasional sebesar Rp34triliun untuk mendorong pertumbuhan kredit.
"Pertumbuhan kredit kalau tanpa penurunan GWM itu bisa naik dari sekarang sekitar 10 persen, di akhir tahun menjadi kurang lebih sekitar 12,5 persen. Kalau ditambah dengan penurunan GWM yang satu persen ini, pertumbuhan kreditnya bisa lebih tinggi yaitu menjadi 14 persen,” ujar Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo.
(gir)