Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menolak kesepakatan pembekuan produksi minyak antara dua produsen utama, Arab Saudi dan Rusia. Melalui kantor berita ISNA, ia menyebut kesepakatan itu sebagai "lelucon".
Menurutnya, beberapa negara tetangga telah meningkatkan produksi minyaknya selama bertahun-tahun menjadi 10 juta barel per hari. Kemudian, saat ini negara-negara tersebut mendorong Iran membekukan produksi minyak.
"Mereka membekukan produksi pada 10 juta barel per hari dan kami membekukan pada satu juta barel per hari. Ini adalah lelucon yang sangat lucu," kata Zanganeh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam rangka menstabilkan pasar menyusul berlebihnya pasokan minyak, Rusia dan anggota OPEC Arab Saudi, Venezuela dan Qatar pada Selasa mengumumkan kesepakatan awal untuk membekukan produksi pada Januari, asalkan produsen utama lain mengikutinya.
Kabar itu memunculkan harapan pasar akan stabilisasi harga minyak setelah pada pekan lalu menyentuh level terendah dalam 13 tahun terakhir.
Iran, yang memiliki cadangan minyak mentah terbesar kedua di dunia, telah meningkatkan produksinya sejak kesepakatan dengan kekuatan Barat mengakhiri sanksi atas program nuklir kontroversialnya.
Zanganeh mengatakan ada ruang untuk diskusi terkait wacana itu. Namun, ia menegaskan Iran tidak akan menyerahkan pangsa pasarnya.
Sementara itu, Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali Al-Naimi mengatakan pemangkasan produksi negara-negara OPEC maupun non-OPEC tidak akan terjadi.
"Karena kenyataannya banyak negara yang tidak akan berhenti berproduksi," ujar Ali dalam konferensi di Houston Texas.
Apabila dunia ingin kesepakatan dari Arab Saudi terkait pemangkasan produksi, Ali menegaskan harus disertai pula oleh kesepakatan negara-negara eksportir lainnya.
Sementara negara non-OPEC, Rusia akhirnya sepakat untuk menahan produksi selama bulan Januari 2016.
Saat ini, di pasar dunia diperkirakan ada kelebihan produksi minyak
(ags)