Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Energi Internasional, IEA, mengatakan harga minyak mentah dunia akan tetap rendah hingga tahun depan.
IEA menyebutkan pemulihan harga minyak akan berjalan dengan lambat karena pasok minyak yang begitu besar di pasar dunia.
“Kami harus mengatakan bahwa kondisi pasar minyak tidak memperlihatkan harga akan membaik dengan tajam dalam jangka menengah, kecuali ada peristiwa geopolitik besar,” tulis laporan jangka menengah IEA yang memperkirakan kondisi dalam waktu lima tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Baru pada 2017 permintaan dan permintaan minyak akan mulai sejalan tetapi pasok yang begitu besar akan menjadi hambatan dalam percepatan harga minyak ketika pasar, yang sudah seimbang, mulai menyerap pasok itu,” tulis laporan tersebut.
“Sementara harga minyak akan naik secara bertahap ketika pasar mulai seimbang, ketersediaan sumber minyak yang bisa dengan mudah dan cepat dieksplorasi akan membatasi cakupan kenaikan harga ini.”
IEA mengakui untuk memperkirakan pasar minyak “adalah tugas yang sangat rumit”, dengan menyebutkan bahwa para pakar masih bergelut dengan dampak penurunan harga minyak yang drastis dari US$100 per barel pada Juli 2014 menjadi sekitar US$30 dolar saat ini.
Satu tahun lalu para analis memperkirakan pasok minyak berlebih akan berhenti pada akhir 2015, “tetapi pandangan ini terbukti salah,” tulis laporan IEA ini.
IEA berpandangan pasok pada akhirnya akan berkurang karena penurunan investasi akibat harga yang rendah akan memicu penurunan produksi.
Pengeluaran untuk eksplorasi minyak dan pembelian peralatan diperkirakan akan turun 17 persen tahun ini, setelah pada 2015 turun 24 persen “yang akan menjadi pertama kali sejak 1986 ketika investasi hulu turun dalam dua tahun berturut-turut,” kata laporan itu.
Harga minyak yang rendah sudah mengurangi produsen minyak berbiaya tinggi, dan IEA memperkirakan produksi minyak LTO AS, atau minyak
shale, akan turun sebesar 600 ribu barel per hari. Tahun depan produksi ini akan turun 200 ribu barel per hari sebelum kenaikan harga minyak bertahap akan kembali memicu produksi.
Sementara itu, permintaan minyak dunia akan terus meningkat tetapi percepatannya lemah akibat situasi pasar finansial yang fluktuatif dan pertanda bahwa “hampir setiap negara akan mengalami penurunan pertumbuhan GDP”.
(yns)