Data Ekonomi AS Positif Tekan Saham Asia

Reuters | CNN Indonesia
Senin, 29 Feb 2016 14:40 WIB
Pasar saham di Asia melemah di awal minggu akibat data ekonomi Amerika Serikat yang positif dan kegagalan pertemuan G20.
Foto: REUTERS/Yuya Shino
Jakarta, CNN Indonesia -- Saham-saham di Asia melemah setelah pertemuan G20 di akhir pekan berakhir tanpa langkah bersama untuk memicu pertumbuhan global dan data ekonomi AS terbaru yang membangkitkan ekspektasi the Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebelum akhir tahun ini.

Indeks MSCI saham-saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,6 persen pada Senin (29/2) dan tampaknya akan mengalami kerugian untuk bulan kedua dengan penurunan sebesar 1,2 persen pada bulan ini.

Nikkei Jepang tidak berhasil mempertahankan kenaikan di pembukaan pasar, turun 1,0 persen sehingga penurunan selama Februari mencapai 8,5 persen. Penurunan ini adalah yang terbesar sejak Mei 2012, sementara perdagangan komoditas AS turun 0,6 persen dalam perdagangan di Asia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga saham di Eropa diperkirakan akan mengikuti Asia. Sementara saham di China daratan turun tajam dengan indeks CSI 300 turun 3,6 persen yang merupakan harga terendah dalam 15 bulan terakhir.

Kinerja perusahaan-perusahaan yang mengecewakan, tidak ada langkah nyata dari kelompok G20 dan dampak politik dari langkah mengatasi dunia maya oleh Beijing menjadi penyebab penurunan harga saham ini.

Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 sepakat untuk mempergunakan “seluruh alat kebijakan - moneter, fiskal dan struktural - secara individu dan bersama” untuk mencapai tujuan ekonomi kelompok ini, dengan mengutip serangkaian risiko terhadap pertumbuhan dunia.

Sementara sejumlah pemain pasar mengatakan pernyataan ini bisa mendukung sentimen pasar, ketiadaan langkah nyata, terutama stimulus fiskal seperty yang diharapkan sebelumnya, dianggap mengecewakan.

Satu janji dalam pernyataan untuk “berkonsultasi dengan erat” terkait pasar valuta dianggap sebagian pemain pasar sebagai penghalang sejumlah negara untuk menerapkan kebijakan yang fleksibel.

Sementara itu, data baru perekonomian AS yang diumumkan Jumat (26/2) kembali menghidupkan perkiraan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga dan ini membantu penguatan nilai tukar dolar dan bunga obligasi AS. (yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER