Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk atau yang dikenal Sritex mencatatkan penjualan kotor hingga US$631 juta sepanjang 2015, naik 7 persen dari capaian di tahun sebelumnya sebesar US$589 juta.
Sekretaris Perusahaan Sritex Welly Salam mengatakan kinerja penjualan kotor tersebut sedikit di atas target manajemen pada 2015. Pasalnya, perusahaan yang sahamnya masuk dalam daftar LQ45 tersebut membidik penjualan kotor senilai US$594 juta-US$611 juta pada 2015.
“Tahun 2015 pertumbuhan penjualan kotor 7 persen, menjadi sekitar US$631 juta,” ungkapnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (1/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Welly merinci, penjualan paling banyak masih didominasi oleh divisi usaha produksi benang. Kemudian disusul penjualan kain jadi, pakaian jadi, dan kain mentah. Ia menyatakan produksi kain jadi akan ditingkatkan pada tahun ini.
“Pada 2015 penjualan kotor paling banyak masih dari benang, sekitar 40 persen,” katanya.
Sayangnya, Welly enggan membeberkan capaian laba bersih perseroan pada 2015. Pasalnya, ia mengaku pos laba bersih masih melalui proses audit. Namun, ia menyatakan bahwa kinerja laba bersih masih sesuai target.
“Masih sesuai target lah. Tahun lalu kan targetnya bisa tumbuh 10-11 persen,” katanya.
Ia menjelaskan, adanya penguatan dolar Amerika terhadap rupiah sepanjang 2015 turut memberikan angin segar bagi perusahaan. Pasalnya, perseroan memiliki portofolio yang lebih besar dibandingkan penjualan domestik.
“Penaikan dolar memang ada hasil positifnya karena menambah margin laba kami,” katanya.
Seperti diketahui, pada 2015 perseroan membidik laba bersih senilai US$49 juta-US$52 juta. Sementara, pada 2016 Sritex menargetkan laba bersih di kisaran US$55 juta-US$59 juta.
Guna mencapai target tersebut, perseroan menyatakan tengah menyiapkan beberapa strategi. Antara lain ekspansi kapasitas produksi secara bertahap, meningkatkan efisiensi produksi, memperluas diversifikasi produk, dan memperluas jaringan pelanggan.
“Manajemen akan melakukan pengembangan serta pengintegrasian bisnis
upstream dan
downstream sehingga perusahaan lebih banyak memproduksi
value added product,” kata Welly sebelumnya.
Guna memenuhi permintaan dari pelanggan domestik dan internasional, Sritex berencana menambah kapasitas produksi. Untuk pemintalan benang (
spinning), perseroan akan melakukan ekspansi kapasitas produksi dari 566 ribu
bales menjadi 654 ribu
bales benang di 2016.
Kemudian, di divisi
finishing, Sritex akan melakukan ekspansi kapasitas produsi dari 120 juta
yards menjadi 240 juta
yards kain di 2016. Sementara di unit
weaving, akan dilakukan ekspansi kapasitas produksi dari 120 juta meter menjadi 180 juta meter kain mentah pada 2016.
Terakhir, di divisi
garment, Sritex akan melakukan ekspansi kapasitas produksi dari 14 juta menjadi 30 juta potong pakaian di tahun 2016. Sritex menganggarkan dana belanja modal (
capital expenditure/capex) sebesar US$ 190 juta hingga 2016. Jumlah itu terbagi sebanyak US$ 104 juta pada 2015 dan US$ 86 juta pada 2016.