Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah kembali menarik utang baru sebesar Rp31,5 triliun melalui lelang ke delapan obligasi syariah (sukuk) negara secara ritel, dengan tinglat imbal hasil (yield) 8,3 persen.
Sukuk ritel seri SR-008 yang mulai ditawarkan sejak 19 Februari 2016 sampai dengan 4 Maret 2016 berhasil melibatkan 48.444 investor individu.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan penerbitan sukuk ritel dengan nomor seri SR-008 itu merupakan penerbitan sukuk ritel terbesar sejak instrumen pembiayaan syariah itu terbit pertama kali pada 2009.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam masa penawaran, karena minat beli yang tinggi dari masyarakat, beberapa agen penjual mengajukan permohonan
upsize kuota penjualan sampai Rp 3 triliun. Namun
upsize kuota penjualan disetujui mencapai Rp1,5 triliun saja sehingga kuota penjualan menjadi Rp31,5 triliun," kata Robert dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (7/3).
Selain itu, lanjutnya, jumlah investor yang membeli sukuk ritel pada tahun ini juga yang terbanyak. Sebagai perbandingan, Sukuk Negara Ritel seri SR-007 yang terbit pada 2015 berhasil menyerap pembiayaan sebesar Rp21,9 triliun dengan jumlah investor sebanyak 29.706 orang.
Apabila dilihat dari distribusi penjualannya, jumlah investor sukuk ritel terbanyak berasal dari kelompok pegawai swasta yakni sebesar 26,7 persen, dengan nominal pembelian mencapai Rp7,52 triliun atau 23,89 persen dari total penjualan.
Berdasarkan kelompok umur, jumlah investor terbanyak berada pada kelompok usia lebih dari 55 tahun, yaitu mencapai 36,03 persen, dengan nominal pembelian sebesar Rp13,23 triliun atau 41,99 persen dari total penjualan.
Secara regional, tercatat investor terbanyak berasal dari Indonesia Bagian Barat kecuali DKI Jakarta yaitu sebesar 55,42 persen. Persentase investor dari DKI Jakarta sebesar 34,18 persen, Indonesia Bagian Tengah 8,76 persen, dan Indonesia Bagian Timur 1,64 persen.
"Jumlah investor dari Indonesia Bagian Tengah dan Timur mengalami peningkatan dibandingkan penerbitan Sukuk Negara Ritel seri SR-007 tahun 2015 dengan persentase peningkatan sebesar 13 persen," ujar Robert.
Robert menilai,
yield sebesar 8,3 persen sudah cukup kompetitif. Ia berdalih
yield tersebut sudah terbentuk oleh mekanisme pasar dan belum terpengaruh oleh kebijakan penurunan suku bunga acuan