Butuh Tanker, Pertamina Tantang Galangan Kapal Nasional

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Minggu, 28 Feb 2016 15:04 WIB
PT Pertamina (Persero) menantang perusahaan galangan kapal nasional untuk mampu membuat kapal berstandar internasional.
Salah satu kapal tanker milik PT Pertamina tengah dikerjakan oleh para pekerja galangan kapal PT Anggrek Hitam, Batam Kepulauan Riau, Minggu (29/11)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) menantang perusahaan galangan kapal nasional untuk mampu membuat kapal berstandar internasional.

Saat ini, perseroan bersama dengan mitra galangan kapal nasional tengah menyelesaikan delapan proyek kapal tanker tipe General Purpose (GP) dengan bobot mati 17.500 dead weight ton (DWT).

Di mana proyek dengan nilai kontrak mencapai US$200 juta atau Rp2,6 triliun tersebut ditargetkan bisa rampung tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Galangan kapal nasional harus bisa membangun kapal berstandar Internasional yang dapat diterima berlayar ke negara mana pun di dunia. Kapal tanker Pertamina juga dituntut untuk ramah lingkungan dan tingkat safety tinggi dan taat terhadap ketentuan-ketentuan Internasional lainnya," kata New Ship Project Coordinator Pertamina I Ketut Sudana dalam keterangan resminya Minggu (28/2).

Guna menyelesaikan proyek ini, Ketut bilang Pertamina telah menggandeng tiga perusahaan galangan kapal nasional yang tersebar di beberapa wilayah.


Pertama, PT Multi Ocean Shipyard di Karimun, Kepulauan Riau untuk membangun kapal produk MT Pasaman, kapal untuk pengangkut avtur MT Panjang, dan kapal untuk mengangkut minyak mentah MT Pangrango.

Sementara, PT Anggrek Hitam Shipyard di Batam, Kepulauan Riau membangun dua kapal untuk produk yaitu MT Parigi danMT Pattimura.

Berikutnya, PT Daya Radar Utama (DRU) di Lamongan, Jawa Timur membangun tiga kapal untuk mengangkut minyak mentah yaitu MT Panderman, MT Papandayan, dan MT Putri.

Sudana mengungkapkan, saat ini kapal milik terbesar yang diproduksi galangan kapal nasional berukuran 30 ribu DWT, yakni MT Fastron yang dibangun oleh PT PAL.


Ia menerangkan, DRU juga diberi kepercayaan serupa. Setelah sukses membangun MT Musi berbobot 3.500 DWT dengan panjang kapal 90 meter, Pertamina menambah order dengan memesan tiga kapal berbobot 17.500 DWT dengan panjangnya 157 meter, lebar 28 meter dan tinggi 12 meter.

“Kami juga meminta DRU dan juga galangan kapal lain agar bisa membangun dengan kualitas yang sama dengan kapal produksi Korea Selatan daan terbukti berhasil sejauh ini," ujarnya.

Selain itu, Pertamina juga menantang industri pendukung galangan kapal untuk lebih bisa berkembang sehingga kandungan lokal kapal dapat terus ditingkatkan. Saat ini, kandungan lokal untuk kapal-kapal tanker buatan dalam negeri umumnya sekitar 30-35 persen.

Business Development Director DRU Steven Angga Prana mengapresiasi peran Pertamina dalam membangun kapasitas dan kemampuan galangan kapal nasional.

Kesuksesan membangun MT Musi pada 2012 memicu banyaknya order kapal-kapal besar dan modern kepada perusahaannya, termasuk KRI Bintuni milik TNI AL.

"Semula kami hanya memproduksi kapal-kapal konvensional dan tidak hightech, dengan supervisi Pertamina yang telah berpengalaman membangun kapal di luar negeri, sekarang kami mampu dengan proses modern dan alat otomatis. Tanpa order Pertamina, galangan kapal mungkin tidur semua dan tidak ada transfer teknologi," kata Steven.

Steven menyebutkan untuk menyelesaikan kapal berukuran 17.500 DWT umumnya memerlukan waktu 24 bulan. Dengan tiga kapal yang diorder Pertamina, DRU mempekerjakan sekitar 1.500 orang tenaga kerja.

"Kami optimistis dapat berkembang dan Daya Radar Utama yang memiliki luas lahan 40 hektar dan garis pantai sekitar 600 meter ke depan akan mengembangkan galangan yang mampu membangun kapal tanker dengan kapasitas 100.000 DWT," ujarnya. (dim)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER