Jakarta, CNN Indonesia -- Pemodal asal Korea Selatan menyatakan minat untuk menanamkan modal di sektor pembangkit listrik panas bumi (geothermal) yang menjadi target investasi dengan nilai mencapai US$400 juta atau setara Rp5,2 triliun (dengan asumsi kurs Rp13.000 per dolar AS).
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan investor tersebut terdiri dari konsorsium perusahaan Korea Selatan. Pemodal tersebut menyampaikan keseriusan minatnya untuk investasi geothermal di Provinsi Jawa Timur sebesar 160 MW dan di Nusa Tenggara Timur 30 MW.
“Pihak investor sangat serius terhadap proyek pembangkit listrik yang disampaikan mereka sedang melakukan komunikasi dengan berbagai pihak yang diharapkan dapat mendukung proses konstruksi proyek yang ada,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (21/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Franky mengatakan rencana investasi tersebut merupakan salah satu hasil kunjungan ke Seoul, awal Maret lalu. Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan bahwa pembangunan listrik yang bersumber dari energi terbarukan harus didukung penuh agar potensi investasi tersebut dapat menjadi investasi yang riil untuk mendorong berbagai pertumbuhan ekonomi di daerah.
“Upaya-upaya untuk menanamkan modal dalam bidang energi terbarukan merupakan salah satu hal yang penting bagi pemerintah. Sejak awal tahun lalu, kami telah mencoba mendorong melalui konsep
green investment,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa rencana investasi tersebut akan di dukung sepenuhnya mengingat besarnya potensi geothermal di Indonesia namun belum banyak yang dieksplorasi menjadi energi listrik.
“Potensi yang besar ini belum optimal dimanfaatkan sebagai energi listrik, padahal proses pembangunan akan sangat terbantu dengan ketersediaan listrik tersebut,” imbuhnya.
Pejabat Promosi Investasi Perwakilan BKPM (IIPC) di Seoul, Korea Selatan, Imam Soejoedi menyatakan bahwa IIPC Seoul akan terus mengawal minat investasi yang disampaikan hingga realisasi, bahkan proses konstruksi.
“Konsorsium ini juga sangat optimistik dengan berbagai perubahan dan simplifikasi peraturan diberbagai bidang di Indonesia khususnya untuk listrik,” jelasnya.
Selain itu, Imam juga optimistis bahwa minat investasi yang disampaikan akan segera direalisasikan dalam waktu dekat. Ia menyatakan investor telah mendapatkan informasi bahwa sudah ada perubahan yang sangat signifikan dalam pengurusan perizinan di Indonesia.
“Untuk itu mereka datang ke Kantor BKPM di Seoul untuk konsultansi dan sekaligus mengkonfirmasi berbagai simplifikasi perizinan di antaranya
one stop service dan izin layanan 3 jam,” tegasnya.
BKPM mencatat investasi yang masuk dari Korea Selatan tahun lalu mencapai US$1,2 miliar, tumbuh sebesar 7,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sejak 2010-2015 nilai investasi yang masuk dari Korea Selatan mencapai angka US$8 miliar. Dalam periode tersebut sektor yang masuk didominasi oleh sektor industri logam mencapai 45 persen.
(gir)