Selandia Baru Incar Bisnis Peternakan Sapi di RI

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Selasa, 29 Mar 2016 06:00 WIB
BKPM mencatat terdapat produsen susu sapi ternama asal Selandia Baru yang berminat menanamkan investasi di Indonesia.
Kepala BKPM Franky Sibarani (kiri) dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (kanan) memberikan keterangan pers usai mengikuti rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (20/1). (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah mengidentifikasi minat investasi dari produsen susu ternama Selandia Baru untuk menanamkan modalnya di bidang peternakan sapi perah terintegrasi dengan industri pengolahan susu.

Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, adanya komitmen investor tersebut tak lepas dari potensi perkembangan industri susu menyusul pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi.

"Investor Selandia Baru tersebut ingin berinvestasi di bidang peternakan sapi perah dengan tujuan memenangkan pasar dalam negeri dan mengamankan bahan baku bagi industri pengolahan susu yang dimiliki," ujar Franky dalam keterangan resminya, Senin (28/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Franky mengungkapkan, saat ini porsi investor Selandia Baru dalam upaya penanaman modal di Indonesia terbilang belum begitu besar.

Dalam catatan BKPM, komitmen investasi dari Selandia Baru dalam kurun waktu 2010-2015 baru mencapi US$38 juta atau US$29 juta untuk angka realisasi investasi dari investor Selandia Baru.

"Dengan adanya minat investasi perluasan di bidang usaha peternakan sapi perah ini diharapkan dapat semakin meningkatkan nilai investasi dari Selandia Baru," katanya.

Lebih lanjut, Franky menjelaskan, dari hitungan BKPM apabila seluruh produksi susu segar yang saat ini maka telah tercatat dalam izin usaha tetap sebesar 12.000 metrik ton per tahun,

Di mana angka tersebut dipasok oleh peternakan sapi milik sendiri di Indonesia, maka setidaknya perusahaan itu harus memiliki lebih dari 3.000 ekor sapi perah.

"Mereka setidaknya harus memiliki lebih dari 3.000 ekor sapi perah dengan perkiraan investasi mencapai 8-10 juta dolar AS. Nilai ini baru hanya atas pembangunan peternakan dengan kapasitas eksisting dan diluar rencana penambahan kapasitas produksi," jelasnya.

Franky juga mengemukakan kondisi produksi susu nasional saat ini masih banyak tergantung pada bahan baku impor.

Ia juga mencatat baru beberapa perusahaan yang memiliki industri pengolahan susu yang terintegrasi dengan peternakan sapi perah.

"Ini yang mulai disadari oleh para produsen susu. Mereka mulai menyiapkan peternakan sapi terintegrasi untuk mendukung penjualan produk-produk mereka di Indonesia. Selain dari Selandia Baru, tercatat produsen susu Australia juga berminat mengembangkan peternakan sapi perah di Indonesia," imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Marketing Officer Wilayah Australia Faisal Suralaga menuturkan dari data yang dikeluarkan oleh Dewan Daging Nasional, produksi susu segar nasional sudah dapat mencukupi 20 persen dari total kebutuhan produksi susu nasional.

"Namun demikian dibukanya keran impor oleh pemerintah tanpa regulasi apapun, menyebabkan harga susu segar yang dijual peternak tersebut kepada produsen dihargai sangat rendah atau sama dengan harga impor," katanya.

Faisal mengatakan pihaknya dan kantor perwakilan BKPM (IIPC) Sydney akan terus mengawal minat investasi dari Selandia Baru dan Australia dengan melakukan komunikasi intensif kepada pemangku kepentingan yang ada.

Dari daftar perusahaan yang berminat, tercatat dua perusahaan produk olahan susu raksasa Australia lainnya juga menjajaki investasi baru maupun perluasan di bidang peternakan susu terintegrasi. (dim)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER