Jakarta, CNN Indonesia -- PT XL Axiata Tbk (XL) menyewa kembali 2.432 menara dari 2.500 unit yang dijual ke PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) melalui lelang (tender). Penjualan menara tersebut membuat XL meraup Rp3,56 triliun secara kontan (cash).
Direktur Keuangan XL, Mohamed Adlan bin Ahmad Tajudin mengatakan proses lelang dilakukan sejak bulan Januari 2016 lalu. Menurutnya Protelindo dipilih karena memberikan nilai lelang paling tinggi di antara pesaing lainnya. Ia mengaku, harga lelang menjadi faktor utama penilaian lelang penjualan menara tersebut.
"Semua peserta lelang berawal dari standar yang sama. Maka dari itu, semakin tinggi harga yang ditawarkan maka itulah yang menang. Itu syarat sejak awal yang sudah kami putuskan bersama-sama," terang Adlan di Jakarta, Selasa (29/3).
Ia mengatakan, realisasi cairnya dana (
financial closing) diharapkan bisa rampung pada tanggal 30 Juni mendatang. Namun, rasio penyewaan (
tenancy ratio) menara-menara ini terbilang lebih sedikit dibanding penjualan 3.500 menara tahap pertama dengan PT Solusi Tunas Pratama Tbk yang dilakukan pada tahun 2014 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tenancy ratio penjualan menara kali ini hanya sebesar 1,5 dibandingkan penjualan pertama dengan besaran 1,67 kali. Makanya kami bisa katakan penjualan tower kedua ini lebih challenging dari segi portofolio," terangnya.
Penjualan ini, tambahnya, merupakan aksi perusahaan untuk memonetarisasi aset dan membayar utang dalam denominasi Rupiah. Untuk tahun ini saja, tambahnya, perusahaan memiliki utang jatuh tempo sebesar Rp3,93 triliun yang terdiri dari utang dalam valuta asing dan Rupiah.
"Dari hasil jual menara ini, kami akan bayar utang ke bank secara lebih cepat (
early repayment). Namun apakah setelah kami dapat uangnya langsung bayar, kami belum tahu karena belum ada pembicaraan dengan bank-bank terkait," jelasnya.
Dijual untuk Disewa KembaliSetelah menjual menara, XL lalu menyewa kembali 2.432 menara yang telah dijual dalam jangka waktu 10 tahun. Biaya sewa yang dikeluarkan perusahaan mencapai Rp 10 juta per bulan per menara dengan rincian Rp 8 juta pembayaran tetap (
fix) dan Rp 2 juta pembayaran yang bersifat eskalasi dengan opsi besaran bunga yang lebih kecil di antara 7 persen per tahun atau tingkat inflasi pada tahun tersebut.
"Dengan
lease back, hal itu lebih menguntungkan bagi kami karena bagi kami itu lebih efisien secara beban. Sehingga pertumbuhan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi bisa lebih besar dibanding biasanya," tambahnya.
Kabar Protelindo sebagai pemenang tender sudah menyeruak sejak kemarin. Sumber
CNNIndonesia.com menyatakan bahwa Protelindo sejak awal memiliki kans yang besar dan sangat mungkin memenangkan tender lelang tersebut mengingat perseroan merupakan anak usaha dari perusahaan menara telekomunikasi dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia.
Sebagai informasi, di lantai bursa dalam negeri, Sarana Menara Nusantara memiliki nilai kapitalisasi mencapai Rp 41,67 triliun. Nilai itu jauh di atas pesaingnya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk yang bernilai kapitalisasi Rp 28,42 triliun.