Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa Wall Street di AS bergerak variatif dan ditutup flat pada perdagangan Senin (28/3) karena data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan mengurangi kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga potensial dan pelemahan harga minyak menekan saham energi.
Seperti dikutip dari
Reuters, belanja konsumen AS hampir tidak naik pada bulan Februari dan inflasi turun, menunjukkan Federal Reserve bisa tetap berhati-hati dengan rencana menaikkan suku bunga tahun ini karena pasar tenaga kerja juga bakal terimbas.
Perdagangan saham pun fluktuatif dengan volume rendah, sementara pasar Eropa masih ditutup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indeks S&P sebagian besar telah pulih dari pelemahan 10 persen pada awal 2016. Namun banyak investor tetap waspada terhadap kenaikan suku bunga potensial, dampak harga minyak yang fluktuatif dan ekonomi global yang tak menentu.
"Saya tidak berpikir kami telah keluar dari hutan. Saya telah melihat ada beberapa yang kehilangan momentum pada minggu terakhir," kata Frank Gretz, analis teknis Wellington Shields & Co di New York.
Investor akan memperhatikan pidato Ketua Fed Janet Yellen di New York pada Selasa untuk petunjuk tentang kapan bank sentral akan menaikkan suku bunga.
"Kami akan mengawasinya untuk melihat apakah ada perubahan dalam bahasa atau pandangannya, tapi pelaku pasar tidak mengharapkan dia untuk melakukan apa pun untuk mengejutkan pasar," kata Warren West, principal Greentree Brokerage Services di Philadelphia.
Harga minyak mentah bergerak lebih rendah, dengan minyak mentah AS di bawah US$40 per barel.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,11 persen menjadi berakhir pada 17.535,39 poin dan indeks S&P 500 naik tipis 0,05 persen menjadi 2.037,05. Sementara indeks Nasdaq Composite turun 0,14 persen menjadi 4.766,79.