Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi sebesar 0,19 persen pada Maret 2016, setelah dua bulan berturut sebelumnya mengalami deflasi.
Kepala BPS Suryamin menyebut inflasi Maret tahun ini merupakan yang tertinggi sejak dua tahun terakhir.
"Namun inflasi Maret tahun ini masih cukup terkendali karena masih di bawah 1 persen," ujar Suryamin dalam konferensi pers di kantor pusat BPS, Jakarta, Jumat (1/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepanjang Januari-Maret 2016 BPS mencatat terjadinya inflasi tahun kalender sebesar 0,62 persen. Apabila dibandingkan dengan inflasi bulan yang sama tahun lalu, laju inflasi tahunan (year on year) Maret tercatat sebesar 4,45 persen.
Untuk komponen inflasi yang cenderung menetap, BPS melaporkan inflasi inti sebesar 0,21 persen secara bulanan dan 3,5 persen selama tahunan.
Dari 82 kota yang dijadikan acuan Indeks Harga Konsumen (IHK), Suryamin mengatakan inflasi terjadi di 58 kota dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bukittinggi, Tangerang, Yogyakarta, Malang dan Singkawang yakni masing-masing 0,02 persen.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan dengan angka deflasi mencapai 1,22 persen.
Suryamin menjelaskan inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga pada sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,69 persen, disusul kemudian oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,36 persen.
"Karena memang cuaca sedang hujan deras dan tidak mendukung sektor pangan bulan lalu, sehingga inflasi terjadi," kata Suryamin.
Kelompok pengeluaran lain yang juga mengalami inflasi adalah kelompok sandang yang mengalami lonjakan inflasi akibat tingginya harga perhiasan di pasar internasional. Selama bulan lalu kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,55 persen.
Demikian pula dengan kelompok kesehatan yang mengalami inflasi 0,3 persen, yang diikuti oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 0,03 persen.
Sebaliknya, deflasi terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,07 persen akibat dampak penurunan tarif listrik.
Selain itu, akibat penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi, kelompok transportasi, komunikasin dan jasa keuangan juga mengalami deflasi 0,22 persen.
(ags/gen)