Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) optimistis mampu memenuhi target pemenuhan kewajiban investasi perusahaan asuransi dalam bentuk surat berharga negara (SBN).
Wakil Ketua AAJI Edy Thirman mengatakan saat ini porsi investasi para perusahaan asuransi jiwa sudah nyaris mencapai 20 persen dari total portofolio investasi yang ada saat ini.
Ia menjelaskan berdasarkan data terakhir tanggal 31 Desember 2015, industri asuransi jiwa di Indonesia mengalokasikan dana sebesar Rp45,6 triliun atau 14,5 persen untuk SBN dari total portfolio investasinya yang mencapai Rp314,6 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"AAJI melihat regulasi ini sejalan dengan bisnis kami, di mana SBN merupakan investasi jangka panjang dengan penjaminan yang sangat aman yang sangat kita perlukan untuk maintain liability kita," ujar Edy di Jakarta, Rabu (6/4).
Sebagaimana diketahui sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan Peraturan OJK nomor 1 tahun 2016 mengenai Investasi Surat Berharga Negara bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, salah satunya menyebutkan industri asuransi jiwa dan umum.
Dalam beleid tersebut ditetapkan, bagi perusahaan asuransi jiwa termasuk yang menyelenggarakan seluruh atau sebagian usahanya dengan prinsip syariah, paling rendah 20 persen dari seluruh jumlah investasi perusahaan di akhir tahun ini, persentase tersebut akan ditingkatkan menjadi 30 persen pada akhir tahun 2017 mendatang.
Namun Edy mengakui, tantangan pemenuhan kewajiban tersebut baru akan terasa tahun depan, mengingat interval pemenuhan tahun depan lebih tinggi sehingga dibutuhkan peningkatan alokasi dana investasi yang cukup besar. Pasalnya selama tiga tahun terakhir pertuumbuhan investasi dalam bentuk SBN hanya mampu mencapai 15 persen.
Berangkat dari hal itu, diperkirakan tahun depan rata-rata perusahaan asuransi jiwa membutuhkan dana investasi tambahan sebesar Rp25 triliun guna memenuhi ketentuan minimum yang ditetapkan dalam POJK.
"Kami optimis tahun ini melampaui 20 persen, tapi tahun depan tantangannya sangat berat, karena pasti menyangut supply dan demand dan ketersediaan dana di pasar," jelasnya.
Strategi Beli SBNEdy mengatakan para perusahaan asuransi jiwa juga harus mengatur strategi masing-masing dalam membeli SBN yang ditawarkan oleh pemerintah. Pasalnya apabila pembelian dilakukan bersamaan maka harga SBN bisa melonjak tinggi dan menjadi mahal.
“Kami akan atur strateginya bagaimana agar kami membeli SBN itu tidak sahut-sahutan sehingga ujungnya membuat harga SBN tidak ekonomis, tapi itu pasti tergantung kebijakan masing-masing perusahaan," jelasnya.
Edy mengatkan investasi dalam bentuk SBN pastilah menarik minat para perusahaan asuransi jiwa, karakternya yang berjangka panjang
dinilai cocok dengan kewajiban yang dimiliki oleh industri asuransi jiwa.
"Bagi asuransi yahg paling penting adalah matching duration. Yaitu menyamakan apa yang jadi aset kita dengan kewajiban kita," jelasnya.