Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana pemerintah menerapkan kebijakan pengampunan pajak atau
tax amnesty dinanti-nanti oleh manajemen PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Direktur Treasury and Market Bank Mandiri Pahala Mansury menilai kebijakan tersebut mampu mendongkrak likuiditas perbankan yang saat ini cenderung ketat akibat berebut likuiditas dengan obligasi pemerintah.
Pahala mengatakan dari kebijakan pengampunan pajak tersebut diharapkan insentif fiskal yang diberikan pemerintah kepada pemohon
tax amnesty mampu merepatriasi dana-dana yang selama ini disimpan di luar negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Potensi dana tersebut nantinya bisa ditampung dalam bentuk deposito maupun surat berharga yang diterbitkan oleh perbankan.
"Mudah-mudahan ini waktunya bisa pas, artinya kekurangan likuiditas karena penerbitan obligasi pemerintah tadi bisa dikompensasi dengan uang yang masuk dari luar negeri karena
tax amnesty, kalau itu bisa diatur waktunya pasti kekhawatiran akan likuiditas ketat tidak akan ada," ujar Pahala di Jakarta, kemarin.
Saat ini Bank Mandiri memiliki kelebihan likuiditas mencapai Rp20 triliun dan US$1 miliar, namun jumlah tersebut lebih rendah jika dibandingkan tahun lalu.
Selain tetap mengandalkan pendanaan yang bersumber dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang ditargetkan tumbuh dua digit, Pahala mengatakan Mandiri akan mencari tambahan likuiditas dengan cara penerbitan obligasi senilai Rp5 triliun-Rp10 triliun yang akan diluncurkan setelah kebijakan
tax amnesty terbit.
“Kami berharap adanya
tax amnesty bisa pas juga, karena kalau misalkan ada dana dari luar ini bisa jadi
timing yang baik, untuk bisa menerbitkan
bond sehingga bisa mendapat manfaat dari arus dana yang datang dari luar," jelasnya.
Secara menyeluruh, pada kuartal I Pahala menyebut pertumbuhan realisasi kredit yang disalurkan Bank Mandiri melambat. Sampai Maret 2016, Pahala menyebut pertumbuhan penyaluran kredit hanya mencapai 7-8 persen atau turun jika dibandingkan kuartal I tahun lalu yang mencapai 13 persen.
"Permintaannya memang melambat awal tahun ini, terutama di sektor yang berbau komoditas dan konstruksi,” jelasnya.
(gen)