Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana Bank Indonesia (BI) menciptakan instrumen moneter baru bagi pasar keuangan yang kemungkinan berbentuk
reverse repurchase (repo) deposito berjangka tujuh hari, diyakini bakal menurunkan imbal hasil (
yield) obligasi negara.
Kepala Riset Daewoo Securities Taye Shim mengatakan bahwa perubahan atau penambahan instrumen tersebut bukanlah hal baru di bank sentral Asia. Ia menyatakan negara asalnya, Korea Selatan, juga pernah melakukan perubahan tersebut.
“Saya jelaskan, di Korea Selatan pada 2007 kalau tidak salah, sebelumnya juga melakukan perubahan dari
fixed overnight rate, menjadi
reverse repo tujuh hari,” ujarnya di Jakarta, Kamis (14/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai, perubahan itulah yang pemerintah Indonesia inginkan. Alasannya, Shim menilai
fixed overnight rate tidak mencerminkan keadaan pasar yang sebenarnya. Sementara,
reverse repo lebih sensitif dengan pergerakan pasar.
Shim menambahkan, jika memang hal itu diterapkan, maka pasar keuangan juga bakal mengalami perubahan yang lebih baik. Ia menyatakan pasar obligasi bakal kian menarik bagi investor.
“Perubahan
overnight menjadi
reverse repo tujuh hari lebih sensitif terhadap pergerakan pasar. Imbal hasil dimungkinkan turun secara signifikan karena lebih mengikuti pasar,” jelasnya.
Hal lain yang patut diperhatikan menurutnya adalah pemerintah memang terlihat ingin menurunkan imbal hasil, agar kupon yang dibayarkan untuk surat utang yang diterbitkan nantinya bisa lebih rendah.
“Saya kira ini positif, karena hal ini seperti ketika Anda sakit, Anda bisa meminum obat yang efeknya perlahan, atau dengan suntikan yang efeknya lebih cepat,” jelasnya.
Untuk diketahui,
yield Surat Utang Negara (SUN) acuan 10 tahun dengan seri FR0056 pada perdagangan kemarin berada di posisi 7,33 persen, turun 11 basis poin dari hari sebelumnya.
Indonesia
Bond Pricing Agency mencatat, kinerja pasar obligasi berlanjut positif di pekan lalu. Hal itu tercermin dari menguatnya ketiga indeks total
return obligasi. Indonesia
Composite Bond Index (ICBI) menguat sebesar 1,4921 poin atau 0,75 persen dari pekan sebelumnya dari level 198,8599 ke level 200,3520.
Secara tahun berjalan, ICBI mencatatkan penguatan sebesar 9,32 persen sejak awal tahun. Penguatan ICBI ditopang oleh positifnya kinerja surat utang pemerintah INDOBeXG-
Total Return yang menguat sebesar 1,6111 poin atau 0,82 persen dari pekan sebelumnya dari 196,4628 ke level 198,0739.
Jumat (15/4) esok, bank sentral Indonesia rencananya akan mengumumkan instrumen kebijakan moneter baru. Meskipun belum diketahui pasti kebijakan yang akan ditempuh oleh BI.
Repo sendiri merupakan transaksi penjualan surat utang negara dari BI kepada perbankan dengan syarat akan dibeli kembali oleh BI pada jangka waktu tertentu. Tingkat bunga acuan repo saat ini berada di kisaran 5,75 persen. Sedangkan, BI
rate saat ini bertengger pada posisi 6,75 persen.
Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior BI bilang, ada kemungkinan perubahan tolak ukur kebijakan suku bunga. "Prinsipnya akan mengacu pada praktik terbaik dari operasi kebijakan moneter bank-bank sentral di dunia," kata Mirza.
(gen)