Kuartal I 2016, Penanaman Modal Langsung Tembus Rp101 Triliun

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 25 Apr 2016 11:45 WIB
BKPM menyatakan sebagian besar investasi disumbang oleh sektor manufaktur dengan porsi Rp101,4 triliun atau 69,21 persen dari total penanaman modal.
Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani saat memberikan keterangan terkait perkembangan investor Tiongkok dan Jepang, Jakarta, Rabu, 1 April 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan nilai penanaman modal langsung di Indonesia selama tiga bulan pertama tahun ini sebesar RpRp146,5 triliun, meningkat 17,6 persen dibandingkan dengan realisasi kuartal I 2015 yang hanya Rp124,6 triliun.

Kepala BKPM, Franky Sibarani mengatakan sebagian besar investasi disumbang dari sektor manufaktur yang mengambil porsi Rp101,4 triliun atau 69,21 persen dari total penanaman modal. Menurutnya, banyak proyek manufaktur bernilai besar yang dinilainya menjadi motor utama investasi kuartal I 2016.

"Memang pada triwulan pertama, ada beberapa realisasi investasi industri pengolahan yang memiliki nilai besar, kami contohkan realisasi pabrik kertas di Banten dan Sumatera Selatan yang memang kontribusinya cukup besar," jelas Franky di Jakarta, Senin (25/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karenanya, Fraknky mengaku tak heran jika realisasi investasi industri kertas menjadi penyumbang terbesar penanaman modal di sektor manufaktur, dengan nilai Rp 27,5 triliun atau 18,77 persen dari angka realisasi investasi kuartal I. Penyumbang terbesar kedua investasi manufaktur adalah industri kimia dan farmasi yang menyumbang Rp 19 triliun; diikuti oleh industri makanan dan minuman sebesar Rp 15,4 triliun; industri transportasi sebesar Rp 12,2 triliun; dan industri logam, mesin dan elektronik senilai Rp 11,8 triliun.

"Kami lihat, realisasi ini juga biasanya pengeluaran perusahaan dalam bentuk anggaran bagi tenaga kerja atau beli tanah. Hal itu juga terlihat dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 327.170 tenaga kerja atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 315.229 orang," ujarnya.

Seiring dengan itu, lanjut Franky, penyerapan tenaga kerja di luar Jawa sepanjang Januari-Maret turut meningkat 17,1 persen, dari 124.981 orang pada kuartal I 2015 menjadi 180.851 orang. Kendati demikian, penyerapan tenaga kerja di pulau Jawa justru menurun 5 persen, dari 190.298 orang menjadi 180.850 tenaga kerja.

Melihat kondisi tersebut, Franky malah menilai positif karena ia menganggap realisasi investasi yang masuk lebih banyak mengarah ke industri padat modal.


Di samping itu, ia mengatakan realisasi investasi padat karya, yang selama ini berpusat di Jawa, juga tidak mengalami masalah karena nilainya juga meningkat. Karena menurut data yang dimilikinya, realisasi investasi padat karya kuartal I tahun ini meningkat 39 persen dari Rp 14,49 triliun ke angka Rp 20,21 triliun di periode yang sama tahun ini.

"Hal ini juga mengindikasikan adanya peningkatan realisasi investasi di luar Jawa, kami menilai hal itu sangat baik sepanjang memang ada tren yang mengarah ke situ," tuturnya.

Sebagai informasi, angka realisasi kuartal I tahun ini mencapai 24,6 persen dari target realisasi investasi yang dipasang sebesar Rp 594,8 triliun pada tahun 2016. Sementara itu, target realisasi investasi hingga akhir tahun tercatat meningkat 9,05 persen dibandingkan realisasi tahun 2015 sebesar Rp 545,4 triliun. (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER