Yogyakarta, CNN Indonesia -- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan jumlah minyak kelapa sawit mentah (CPO) untuk biodiesel yang terserap pada periode Januari-Maret 2016 mencapai 700 ribu kiloliter (kl).
Sekretaris Jenderal Gapki Togar Sitanggang mengatakan terdapat pertumbuhan penyerapan yang sesuai tren sejak awal tahun ini. Ia menyatakan, hal itu menjadi salah satu penyebab berkurangnya ekspor CPO pada bulan Maret.
“Serapan CPO untuk biodiesel sampai Maret sudah mencapai sekitar 700 ribu kl. Sesuai tren awal tahun lah,” ujarnya di Yogyakarta, kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Togar menjelaskan, target penyerapan biodiesel di dalam negeri tahun ini sebanyak 3,2 juta kl. Adapun selama Januari dan Februari 2016, penyerapan oleh PT Pertamina (Persero) sudah berjalan dan mencapai 519 ribu kl.
Sebelumnya, Togar mengatakan terdapat pelemahan kinerja produksi dan ekspor untuk komoditas CPO dan crude palm kernel oil (CPKO). Hal tersebut sesuai dengan tren sejak awal tahun ini.
Menurut data yang diolah Gapki, produksi CPO dan CPKO Indonesia untuk Januari lalu sebesar 2,99 juta ton. Sementara pada Februari produksi menjadi 2,70 juta ton atau turun sebesar 9,6 persen. Stok minyak sawit Indonesia pada Januari tercatat 4,36 juta ton, sedangkan pada Februari turun 16 persen menjadi 3,66 juta ton.
“Saya belum bisa bicara angkanya untuk produksi Maret. Tapi yang jelas turun dari bulan sebelumnya,” ungkap Togar.
Ia menilai penurunan produksi pada Januari-Maret juga bisa diakibatkan rendahnya fotosintesis karena efek asap dari kebakaran hutan. Sementara efek El Nino dinilai belum dirasakan pada awal tahun ini.
“Jumlah tandan mungkin sama tapi buahnya lebih kecil. Ini yang perlu dicermati sampai semester II nanti,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia juga menyatakan ekspor minyak kelapa sawit pada Maret melemah. Hal itu berbalik dari kinerja ekspor pada Februari 2016. Ekspor minyak sawit Indonesia pada Februari 2016 tercatat sebanyak 2,29 juta ton atau naik 9 persen dibandingkan dengan ekspor bulan lalu sebesar 2,1 juta ton.
Jika dibandingkan secara tahunan, maka kinerja ekspor minyak sawit Indonesia selama dua bulan pertama tahun 2016 naik 22 persen dibandingkan periode yang sama 2015, atau dari 3,59 juta ton pada periode Januari-Februari 2015 meningkat menjadi 4,39 juta ton pada Januari-Februari 2016.
“Ekspor Maret turun secara bulanan. Hal itu karena sentimen switching ke minyak kedelai masih besar,” jelasnya.
Selain itu, ekspor minyak kelapa sawit juga turun karena permintaan dalam negeri cukup besar untuk penggunaan biodiesel. Hal itu juga ditambah adanya pelemahan ekonomi di beberapa negara pasar ekspor.
“Penggunaan biodiesel memang kami utamakan dahulu. Jadi ya komposisi ekspor agak dikesampingkan,” katanya.
Belum lama ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan 15 produsen yang akan memasok biodiesel bagi Pertamina untuk periode Mei-Oktober 2016.
Penetapan pemasok biodiesel, tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 258 K/12/DJE/2016 mengenai penetapan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Alokasi Besaran Volume Untuk Pengadaan BBN Jenis Biodiesel Pertamina dan AKR Corporindo periode Mei-Oktober 2016.
Ke-15 badan usaha yang menjadi penyalur Pertamina adalah:
1. PT Cemerlang Energi Perkasa
2. PT Wilmar Bioenergi Indonesia
3. PT Pelita Agung Agrindustri (Grup Permata Hijau)
4. PT Ciliandra Perkasa
5. PT Musim Mas
6. PT Darmex Biofuels
7. PT Energi Baharu Lestari
8. PT Wilmar Nabati Indonesia
9. PT Primanusa Palma Energi
10. PT Indo Biofuels Energy
11. PT Bayas Biofuels
12. PT Louis Dreyfus (LDC) Indonesia
13. PT Smart Tbk
14. PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan
15. PT Multi Nabati Sulawesi.
“Biodiesel yang dipasok untuk Pertamina mencapai 1.513.756 kiloliter (kl) dalam kurun waktu tersebut,” ujar Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi.
(gen)