Jakarta, CNN Indonesia -- Kalangan perbankan menaruh harapan besar terhadap paket insentif yang dijanjikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kebijakan yang segera dirilis OJK itu diharapkan bisa mendorong efisiensi bank dari sisi biaya operasional dan risiko kredit macet, serta meningkatkan margin keuntungan.
Ekonom Bank Permata, Joshua Pardede mengatakan saat kinerja hampir seluruh bank mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Terlebih di tengah upaya pemerintah memangkas suku bunga pinjaman menjadi digit tunggal (single digit).
"Makanya dengan insentif, bank bisa lebih efisien. Secara rata-rata di ASEAN, BOPO (biaya operasional terhadap pendapatan) bank di Indonesia cukup tinggi," ujar Josua di Jakarta, Kami (28/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, OJK sudah mengungkapkan rencananya merilis paket insentif bagi bank guna mengimbangi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yang berupaya memangkas suku bunga kredit.
Meski belum rinci, OJK telah memberikan sedikit bocoran terkait rencana kebijakan insentif untuk bank, yang antara lain memberikan kemudahan dalam melakukan ekspansi pembukaan kantor cabang, serta menyangkut proses perizinan diversifikasi produk perbankan.
Dengan fasilitas itu, Josua meyakini bank lokal mampu mempersiapkan diri untuk bertarung di era pasar bebas perbankan di wilayah ASEAN atau ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) yang mulai berlaku pada 2020.
"Kita bisa lebih bersaing di liberalisasi 2020. Ujungnya insentif itu adalah tidak membuat bank mandek. Karena potensinya masih cukup besar, rasio pinjaman dengan PDB kita masih cukup kecil jika dibandingkan Singapura dan Malaysia," lanjutnya.
Aviliani, Komisaris Independn Bank Mandiri mengatakan, sistem pemberian insentif maupun disinsentif lebih baik jika dibandingan dengan pembatasan bunga (capping) yang pernah dikeluarkan oleh OJK.
"Kalau di-cap itu artinya kan dipaksa, kalau dipaksa artinya akan lebih banyak korbannya. Tapi kalau pakai sistem insentif itu sangat bagus," jelasnya.
Dia menjadikan insentif pemangkasan Giro Wajib Minimum (GWM) oleh Bank Indonesia (BI) sebagai salah satu contoh keberhasilan otoritas moneter mendorong industri keuangan, khususnya bank.
"Jadi menurut saya ke depan, pola insentif lebih tepat dan itu juga tidak mendapat punish dari investor di publik," katanya.
(ags/gen)